fbpx
Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

Review Film Spotlight: Belajar Menjadi Jurnalis

3 min read

review film spotlight indonesia

Pekan lalu saya diajak oleh teman saya untuk mengikuti Screening Film Spotlight. Saya sih langsung iyakan saja, walau saya tidak tahu film apa itu. Pas saya cek ternyata, film itu termasuk dalam salah satu nominasi film terbaik Oscar 2016. Alamakkk… kudet apa kudet nih yak. Seperti biasa ya.. berikut ini Review Film Spotlight: Belajar Menjadi Jurnalis.

review film spotlight indonesia
Review Film Spotlight – Belajar Jurnalisme. Gambar dari IMDB

Plot Film Spotlight

Diangkat berdasarkan kisah nyata, Film Spotlight berkisah tentang sekelompok jurnalis di surat kabar The Boston Globe. Kelompok beranggotakan 4 (empat) orang ini memang selalu ditugaskan untuk menyelidiki satu kasus tertentu yang akan ditayangkan secara khusus oleh koran tersebut.

Pada tahun 2001, Marty Baron, editor baru di The Boston Globe bertemu dengan Walter Robinson (Robby), kepala editor Spotlight. Baron meminta Robby dan tim Spotlight untuk menyelidiki sebuah kolom yang memuat tentang seorang pengacara lokal bernama Mitchell Garabedian.

review film spotlight
Tim Spotlight – Sampai saat ini, Michael Rezendes masih di tim tersebut

Dalam kolom berita tersebut, Garabedian mengatakan bahwa Kardinal Law (pemimpin keuskupan di Boston kala itu) mengetahui bahwa salah satu Pastornya melecehkan seorang anak dan tidak melakukan apapun. Atas permintaan Baron, Spotlight kemudian menyelidiki lebih dalam kisah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor gereja terhadap anak-anak. Semua pekerjaan saat itu ditinggalkan demi kisah ini. Dan penyelidikan pun dimulai oleh Michael Rezendes, Sacha Pfeiffer dan Matt Caroll.

Selama penyelidikan berlangsung, mereka harus menghadap managing editor, Ben Bradlee Jr, untuk update tentang penyelidikan dan apa saja yang perlu dilakukan. Apakah mereka berhasil menyingkap kisah yang ternyata sudah pernah diangkat tanpa penyelidikan mendalam beberapa tahun silam itu dan menghadapi Keuskupan?

Pemain, Sutradara Dan Krew Film Spotlight

Film ini disutradarai oleh Tom McCarthy, yang bermain dalam film Pixels. Dia juga menulis naskah film ini bersama dengan Josh Singer, yang merupakan penulis dan produser serial Law & Order: Special Victims Unit dan Lie To Mie. Naskah ini sendiri selesai ditulis bulan Juni 2013 dan masuk dalam daftar blacklist, hingga akhirnya syuting dimulai di bulan September 2014.

Para pemain dalam film Spotlight ini pun bukanlah nama-nama yang biasa. Sebut saja Michael Keaton sebagai Walter “Robby” Robinson, Mark Rufallo (pemeran Hulk di Avengers) sebagai Mike Rezendes, Rachel McAdams sebagai Sacha Pfeiffer dan Brian d’Arcy James sebagai Mat Caroll.

Matt Baron sendiri diperankan oleh Liev Schreiber (si kapten di The 5th Wave), Ben Bradlee Jr. diperankan oleh John Slattery serta Mitchell Garabedian si pengacara diperankan oleh Stanley Tucci. Dan masih banyak deretan nama lainnya.

Review Film Spotlight – Belajar Jurnalisme

Satu hal yang saya syukuri saat menonton film ini adalah mengajak teman yang bekerja di bidang jurnalisme. Jadi beberapa kali saya “menanyakan” apakah seperti itu jurnalis jaman sekarang? 😀 Film ini membawa saya menyelami seluk beluk jurnalisme, setidaknya itu yang saya sepakati dari ucapan Singer, sang penulis.

Saat membaca sinopsis film ini, beberapa jam sebelum film ini dimulai, saya sudah berpikir, apakah film ini akan mengalami pencekalan karena kisah yang diangkat itu agak sensitif. Saya masih ingat saat remaja dulu film Passion of the Christ tidak berhasil masuk karena kisahnya. Namun ternyata minggu ini film Spotlight akan tayang di CGV Blitzmegaplex.

Mengupas Tuntas Sebuah Kisah

review film spotlight - michael keaton sebagai editor
Saat membuat review film Spotlight ini, saya belajar untuk total dalam bekerja

Jujur, saya termasuk yang agak meragukan dunia jurnalisme di negeri ini. Beberapa kali kok merasa berita yang ditayangkan itu memiliki tujuan tertentu dibandingkan mengetengahkan kisah sebenarnya. Namun dalam film Spotlight ini, saya melihat bagaimana susahnya mengeluarkan sebuah kisah. Apalagi kisah ini melibatkan penguasa di kota yang tak besar.

Lihat saja bagaimana Mike Rezendes mengejar sang pengacara nyentrik dengan segala upaya. Dimulai dengan penolakan hingga akhirnya berhasil mendapatkan berita dan bahkan sumber informasi si pengacara. Saya pun tenggelam dengan aksi wawancara Mike dengan salah satu korban (yang sudah dewasa) – tegas tapi tidak melupakan empati. Dia benar-benar mendengarkan.

Kemudian juga dengan kerja keras Sacha Pfeiffer yang mencari informasi dalam berbagai bentuk, termasuk mendatangi satu demi satu keluarga yang menjadi korban. Tentunya, di daerah di mana mayoritas beragama Katholik, hal ini tidak mudah. Banyak yang menutup pintunya hingga akhirnya luluh karena kegigihannya. Gigih seperti Erin Brokovich saat mendekati para keluarga.

Pertanyaan dalam diri saya sendiri adalah apakah hal serupa masih dilakukan di jaman sekarang ini? Penyelidikan akan sebuah berita sebelum berita diterbitkan? Baik di Indonesia ataupun di luar sana. Dalam film ini pun dijelaskan bagaimana sebenarnya bukti-bukti yang dibutuhkan sebenarnya sudah pernah dikirimkan sebelumnya namun tidak digubris.

Kedalaman Mencari Informasi

Dalam mencari informasi tentang kasus itu, tim Spotlight melakukan penyelidikian mendalam dan sangat detail hingga mengungkapkan betapa banyaknya kasus yang serupa terjadi. Yang awalnya hanya 1 kasus hingga menjadi 13 kasus dan akhirnya menjadi total 90-an kasus.

Totalitas tim Spotlight, yang memang menjadi penekanan dalam pembuatan film ini – sekali lagi bukan skandalnya – rupanya juga membawa totalitas para pemeran. Sebut saja Michael Keaton yang demi memerankan Robby, benar-benar mencari Robby dan menyelami kehidupannya.

Atau juga Mark Rufallo yang juga membuat Michael Rezendes tercengang-cengang. Hal ini yang mungkin disebut dengan etos dunia kerja yang selalu dicari oleh perusahaan ya. 😀 Totalitas dalam berakting di sini membuat saya merasa sedang bekerja di dunia jurnalis (bertolak belakang dengan pendapat teman saya untuk hal ini).

Kesimpulan Review Film Spotlight

Secara keseluruhan, saya mengacungi jempol untuk film Spotlight ini. Dengan alur yang bertempo cepat dalam pengenalan tokoh-tokohnya, film ini mampu menarik saya untuk duduk manis dan menonton di bioskop kemarin. Demikian juga pembuatan naskah yang memang dibuat sedemikian rupa untuk mengenalkan dunia jurnalisme sebenarnya.

Di IMDB sendiri film Spotlight ini mendapatkan nilai 8.2 dan di Rotten Tomatoes mendapatkan nilai 96% tingkat kesegarannya. Untuk review film Spotlight ini saya sendiri memberikan nilai: 4.2 dari 5 bintang.

Review Film Spotlight
  • Cerita
  • Akting
  • Visual
  • Penyutradaraan dan Editing
4.2

Ringkasan Review

Film Spotlight diangkat dari kisah nyata sebuah tim penyelidik di The Boston Globe dalam membongkar skandal pelecehan seksual oleh Pastor. Dalam film ini kita diajak untuk mengenal sisi jurnalisme dalam membuat sebuah berita. Dengan naskah yang ditulis oleh Singer, film ini seakan membawa kita ke Truth Finding ala serial detektif yang biasa dia tulis. Film Spotlight ini sendiri menggondol 6 nominasi Oscar 2016.

Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

23 Replies to “Review Film Spotlight: Belajar Menjadi Jurnalis”

  1. Dulu saya pengen jadi jurnalis, tapi di tengah perjalanan saya urungkan niat hehe
    Wah yg bikin ini film kerja sama dengan yg bikin serial law n order SVU? Pasti menarik, saya penggemar SVU 😀
    Tapi embuh kapan bisa nonton bioskop lageeee huhuhu

  2. eh, dunia jurnalis emg kayak gituu… kapitalis di mana2 menghimpit.. mainnya bukan lagi duit receh ya.. wartawan dituntut utk profesional-anti suap. tapi yg atas2 biasanya yg lgsg ditembak.. apalagi liputan politi, godaannya ruaaaaarbiyasak! Ngeri!

  3. Nah ini baru film yang bagus. Ada dramanya. Dilihat dari unsur cerita kok seru. Juga pingin tahu bagaimana jurnalis mencari bahan buat tulisan.

  4. udah ada filmnya cuman belom nonton. Mihihihi… Sengaja disimpen dah.
    Btw merhatiin gak film-filmnya Mark Ruffalo yang dokumenter jauh lebih kuat dibandingkan film-filmnya dia yang komersil. Ada satu film dia jadi gay pacaran sama Mark Bomer, ceritanya tentang masa-masa awal AIDS dikenali didunia. Penampilannya dia hebat banget menurut gw di situ. Dibandingkan waktu dia jadi Hulk. Ohemjiiii!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *