fbpx
Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

Hidup itu…

2 min read

Jangan bosan ya dengan judul yang seperti di atas, mungkin sudah saya gunakan beberapa kali. Tapi memang semua ini terkait hidup kok. Apa yang saya alami dan dapatkan dalam perjalanan hidup saya ini membuat saya terkadang terbengong-bengong dan akhirnya mensyukuri semuanya.

Oke… seperti yang saya sebutkan dalam postingan I’m Back, sebulan kemarin saya dinas di pedalaman Kalimantan Tengah. Di sana saya berkenalan dengan banyak orang yang super duper baik dan memberi pengalaman baru bagi saya.

Salah satunya adalah seorang supir Manager di sana, Pak Zaenal. Pak Zaenal ini tidaklah muda lagi tapi semangatnya sungguh seperti anak muda dan kalau yang baru bertemu dengannya tidak akan menyangka kalau usianya sudah kepala 4.

Dalam salah satu pembicaraan bersamanya di mess Kantor Perwakilan di Sampit, dia menceritakan kisah hidupnya. Bagaimana dia diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk selalu bersyukur. Sebuah kisah hidup yang menurut saya sangat indah.

Jadi pada intinya, yang diajarkan oleh kedua orang tuanya adalah untuk tidak iri dengan keadaan orang lain yang lebih dari dirinya. Dan selalu mensyukuri apa yang sudah ada pada hidupnya saat ini.

Mungkin, bagi kita atau siapa saja yang membaca ini akan bertanya-tanya: “bagaimana caranya?” Seringkali kita terbawa suasana dan selalu merasa iri dengan keadaan orang lain yang memang sudah lebih dari kita.

Saya juga termasuk di dalam golongan itu kok. Saat saya kecil, saya sering merasa iri kepada saudara sepupu saya yang memang lebih berada daripada keluarga saya.

Mereka dapat menikmati apa saja dengan mudah. Tanpa harus pusing memikirkan bagaimana mendapatkannya. Karena mereka memiliki satu hal yang diperlukan untuk mendapatkannya, yaitu uang.

Sedangkan keluarga saya? Harus banting tulang dan bahkan terkadang meminta bantuan keluarga lain untuk mendapatkan sesuatu. Dan seringkali bantuan yang diminta tidak kunjung datang dan bahkan mendatangkan hinaan.

Dalam keluarga saya, hal itu justru menjadi titik tolak bagi kami untuk berjuang sendiri dengan lebih baik. Hingga kalau bisa tidak meminta. Walaupun sering dicap sombong, tapi untuk saat ini, saya merasa keluarga kami sudah lebih baik.

Nah… kembali pada kisah Pak Zaenal, yang dilakukan adalah dengan mengembalikan keadaan yang dimiliki oleh setiap orang pada satu hal dasar yang dimiliki oleh setiap orang, yaitu agama.

Keyakinan dalam agama yang dianut oleh Pak Zaenal adalah bahwa setiap orang memiliki rejeki (rizki)nya masing-masing. Dan karena keyakinannya inilah dia menerapkan bahwa saat ini rejekinya masih dalam perjalanan. Dan orang yang memiliki hidup lebih baik di sekitarnya saat ini sudah menikmati apa yang menjadi rejeki mereka.

Dan dengan keyakinan ini, dia terus berusaha untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, dari hari ke hari. Inilah yang membuat saya kagum padanya. Kenapa? Kehidupannya di perkebunan tidaklah seperti kebanyakan warga lainnya, dia cukup tampil sederhana. Namun ternyata di balik kesederhanaannya itu, dia memiliki kekayaan yang mungkin tidak dimiliki oleh setiap orang dalam level yang sama.

Dari ucapannya itu, saya mengaitkannya pada keyakinan saya sendiri. Dalam agama yang saya yakini, kami mengenal hukum karma. Di mana semua yang kita alami dan lakukan memiliki hubungan sebab akibat. Dan akan ada yang dibawa dalam kehidupan berikut-berikutnya.

Dalam tulisan ini, saya tidak sedang membahas masalah agama (keyakinan) dari masing-masing dan membanding-bandingkannya ya. Tapi lebih kepada membawa keyakinan kita dalam praktik kehidupan kita sehari-hari.

Dan inilah teladan yang saya dapatkan dari Pak Zaenal. Di saat dia menceritakannya, saya jadi semakin menyadari bahwa saya sendiri kurang dalam hal pengamalan keyakinan saya itu di dalam kehidupan saya sehari-hari.

Dan bertemu dengan Pak Zaenal adalah sebuah anugerah dan kenangan yang mungkin sudah digariskan agar saya lebih belajar lagi. Dan saya sangat bersyukur karena telah bertemu dengan sosok sepertinya dalam dinas saya kemarin. Masih banyak hal yang saya dapatkan darinya. Yang mungkin akan saya tuliskan dalam lain waktu.

Kawan…

Marilah kita mensyukuri apa yang kita miliki… Apa yang menjadi ‘kepunyaan’ kita saat ini daripada hanya mengeluh dan menggerutu karena keadaan kita tak sebaik keadaan yang dimiliki orang lain. Yang mungkin telah berusaha terlebih dahulu dan jauh lebih keras daripada kita, tanpa kita sadari.

Be grateful of life and what’s in it every day – inilah tema yang saya angkat dalam setiap tulisan TGFTD saya. Semoga saya semakin bisa mensyukuri hidup ini apa adanya.

NB: saya sungguh berterima kasih pada teman-teman yang setiap hari tidak bosan membaca TGFTD saya itu, baik dari blog maupun dari broadcast via whatsapp. Terima kasih banyak… karena kalianlah saya terus menulis TGFTD itu.

Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

19 Replies to “Hidup itu…”

  1. Betul Mas Ryan, mensyukuri apa yg kita miliki apa adanya saat ini, Hal yg nampak sepele sekalipun. Kadang kita tidak menyadari betapa berharganya sesuatu itu sampai kita kehilangan. Setelah kehilangan baru menyadari betapa berharganya yg dulu dimiliki dan kini telah hilang itu…

    Salam,

  2. Keseharian adalah sekolah kehidupan dan setiap yang diperjumpakan menjadi guru. Trim Ryan tuk pengingat bersyukur senantiasa. Salam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *