Febriyan Lukito

Mother…. How Are You Today

Mother, how are u today?
Here’s a note from your daughter
With me everything is okay
Mother how are you today

Itu penggalan lagu lama era berapa saya juga kurang tahu, tapi di tahun 90-an sudah menjadi Golden Memories. 🙂

Kemarin saya membaca buku ‘9 Summers, 10 Autumns – Dari Kota Apel ke the Big Apple‘. Belum selesai sih, namun yang menyentuh adalah bagaimana kisah keluarganya. Saya sangat terhanyut dan dapat merasakannya.

Satu per satu dijelaskan. Bagaimana tokoh-tokoh dalam keluarganya itu telah menjadi panutannya dalam hidup. Bagaimana mereka (keluarga) membentuk diri tokoh utama hingga seperti dirinya sekarang.

Dan saya teringat Ibu. Betapa saya menyayanginya. Ibu saya adalah segalanya bagi saya.

Saya pun kembali teringat dua buah lagu yang selalu saya suka tentang Ibu. ‘She Cang Ce Yo Ma Ma Hao‘ dan juga ‘Mother, How are you today‘ yang saya petikkan di atas.

Mama – Pahlawanku…

Saya teringat betapa sibuknya saya sehingga jarang sekali menegurnya just to say: ‘I love u Mom’ atau ‘How are you Mom?’. Apakah kalian juga seperti itu? Jika iya….

Pick up the phone now and call her. Says: ‘how are u mom? Thank you for everything and I love you’.

mother how are you today surat untuk ibu

Saya kembali ke kehidupan saya dulu. Saat saya SD, keluarga saya hidup dalam ‘kecukupan’. Tak ada pakaian mahal, makanan seadanya tapi kami sekeluarga bersama.

Suatu hari saya ingat saya membuat Mama menangis. Karena dia tak punya uang untuk membelikan saya bahan-bahan prakarya yang saya butuhkan di sekolah. Dia mengambil bahan yang dia miliki. Sambil menangis dia membantu saya mengerjakan semua.

Saya juga tak hentinya menangis. Kelas 2 SD jika saya tak salah ingat.

Mama menangis sambil menempelkan kain perca di piring plastik yang menjadi tempat makan kami.

Saya hanya berpikir bahwa saya sudah membuat mama menangis. Dan saya janji sejak itu bahwa saya tidak akan membuat mama menangis lagi.

Saya memang menjadi pendiam. Tapi saya tak pernah memaksa mama mengenai hal-hal seperti itu. Sampai kira-kira kelas 4 SD saya harus bertemu mama hanya sebulan sekali saja.

Karena mama kerja di restoran milik saudaranya. Dia tinggal di mess di daerah Pluit. Mama mengurus belanja, bantu di sana. Semua dia lakukan agar kami, anak-anaknya dapat sekolah.

Yah… Pengorbanan mama tak terkira. Dia memberikan semuanya untuk kami. Kami bertiga (anak-anaknya ini) sangat menyayanginya. Walau kadang kami menyebalkan, kami menyayanginya.

Saya juga teringat bagaimana mama menangis saat saya wisuda. Saya wisuda dengan biaya saya sendiri. Karena saya tahu bahwa saya tidak mungkin membebani orang tua apalagi mama untuk kuliah.

Perjalanan Hidup yang Tak Terlupakan

Saya masuk SMEA agar dapat kerja setelah lulus. Dan mencoba apply program beasiswa yang diselenggarakan BCA. Namun, di tahun kelulusan saya (2000) karena masalah keuangan, saya tidak dapat melampirkan ijasah SMEA saya dan akhirnya tidak lolos.

Saya akhirnya bekerja di kantor temannya teman papa. Di sana saya bekerja selama 6 bulan lalu pindah ke kantor salah satu gerai ayam goreng selama 6 bulan kembali.

Tak pernah saya berhenti mencoba PPA BCA untuk tahun berikutnya. Dan saya lolos. Saya kuliah di sana tanpa mengeluarkan biaya dan bahkan mendapatkan uang saku.

Setelah lulus, saya bekerja di BCA. Dan bersama teman seangkatan, saya mencoba mengajukan kerjasama dengan IBiI untuk melanjutkan kuliah kami dengan tujuan mendapatkan ijasah S1 (program di BCA setara S1 non gelar).

Akhirnya tahun 2008 akhir saya wisuda dengan nilai sangat memuaskan.

Kesedihan saya adalah bahwa papa sudah tidak ada untuk menghadiri wisuda saya. Namun kehadiran mama di sana sudah mewakili. Saya tidak menyangka.

Ternyata mama menunggu saya turun dari podium saat itu. Dia menunggu di tengah dan memeluk saya. Dia menangis.

Mama menangis kembali. Setelah sekian lama saya tidak melihat mama menangis, bahkan di saat papa meninggal mama tidak pernah menangis. Tapi dia menangis lagi.

Saat memeluk saya, dia mengatakan:

Papa pasti bangga ma kamu. Selamat ya.

Dan saya tahu saat itu juga. Dia menangis bahagia. Saya membuatnya menangis lagi. Tapi menangis bahagia. Saya ikut menangis saat itu, tapi karena antrian, adegan 3 menit itu sangat membekas, saya kembali ke barisan saya dan melihat mama juga kembali.

Itu kisah saya dengan mama. Mama terbaik yang saya punya. Mama yang jago buat daging bohongan dari terigu. Mama yang jago bikin bacang (temen-teman kantor saya mengakuinya).

Saya hanya ingin mengucapkan hal ini saat ini:

Mama…..

Aku mungkin ga pernah mengatakan ini. Tapi aku sayang mama…..

You’re everything for me. I promise to make u prouder. And never shed a tear again.

Aku sekarang belum dapat memberikan lebih. Tapi aku janji. Aku akan membawa mama tersenyum selalu. Aku sayang mama.

Mama…… How are u today? Here’s your son here. And I’m okay. And it’s all because of you. I love u mom. Thank you.

FLO
210311
On my way to office.

Be humble, be human, be YOU!
YOU ARE the #BEST

Exit mobile version