Febriyan Lukito

3 Kata Yang Paling Jarang Diucapkan

Belakangan ini, sepertinya ada 3 kata yang menjadi kata yang jarang diucapkan dalam kondisi seharusnya.

pikiranrandom.com

Sejak lahir hingga saat ini, sudah berapa banyak kata yang kamu pelajari? Ratusan? Ribuan? Jutaan? Saya sih gak pernah hitungin berapa pastinya. Tapi di antara semua kata, sejak kecil, saya (dan mungkin kalian juga) diajari untuk 3 kata paling penting dalam hidup, yaitu maaf tolong terimakasih.

Mungkin sayanya aja yang terlalu banyak berpikir yang gak penting.

Saya ingat dulu itu ada sitkom Indonesia di salah satu TV Swasta yang saya suka banget – Bajaj Bajuri. Salah satu tokohnya itu Mpok Minah.

Nah kebiasaan Mpok Minah ini adalah mengucapkan “Maaf” di setiap kali dia bicara. Dan karena itu, justru dia agak ‘diremehkan’ menurut saya pribadi.

Tentang 3 Kata yang Paling Jarang Diucapkan Sekarang Ini

Mpok Minah, yang sering mengucapkan kata maaf, menjadi “aneh” ketika dia benar-benar melakukan kesalahan dan meminta maaf. Di sisi lain, orang yang benar-benar salah, malah enggan mengucapkan kata ini.

Padahal, apa susahnya mengucapkan sebuah kata?

Tidak butuh waktu yang banyak kan ya? Bahkan tidak sampai 1 menit.

Kemudian, ketika sudah dibantu, bahkan “terima kasih” pun tidak terdengar. Seakan bantuan itu adalah hal normal dan wajib dilakukan oleh orang lain.

Bukan… bukan ingin mendapatkan penghargaan. Namun, ini masalah attitude. Sikap kita yang akan mempengaruhi sikap orang ke kita sendiri.

Demikian juga dengan kata TOLONG. Ibaratnya, mengucapkan kata ini seakan mengakui kalau diri kita itu tidak mampu. Padahal… Ah baca langsung aja #PikiranRandom saya di bawah ya untuk kata maaf tolong terimakasih ini.

Kata Maaf Dalam Keseharian

kata yang jarang diucapkan saat dibutuhkan
3 kata yang jarang diucapkan sekarang ini.

Nah seperti dalam tokoh di serial SitKom itu, sepertinya kata Maaf dalam kehidupan sehari-hari ini dah jarang digunakan sebagaimana mestinya, imho ya.

Setiap saat, orang dengan mudahnya mengatakan maaf, tapi tak lama kemudian mengulangi apa yang telah dilakukan sebelumnya yang membuat dia mengatakan maaf.

Sepertinya lirik lagu jadul “Sorry seems to be the hardest word to say” oleh Elton John itu dah gak lagi berlaku.

Baca juga:Maaf dan Fiksi: Maaf

Seharusnya kata Maaf ini adalah kata yang sangat berharga dalam hidup. Di mana setiap orang yang melakukan salah menyadari kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus dan tidak mengulangi lagi kesalahannya itu.

Tapi sekarang, kata maaf ini sendiri bahkan sering digunakan dengan teriakan kepada pihak yang terluka, kesannya jadi gimana kan?

Value yang terkandung dalam sebuah kata Maaf jadi hilang, karena memang sepertinya mudah aja mengatakan maaf dan kemudian lenggang kangkung melakukannya kembali.

Kata Tolong Yang Semakin Menghilang

Selain kata Maaf, ada satu kata lagi yang sepertinya benar-benar menjadi kata yang jarang digunakan, bukan hanya dalam keadaan yang tepat, tapi dalam setiap kondisi juga sepertinya sudah jarang.

Saya ingat salah satu reality show di TV Swasta dengan judul ini. Di mana seseorang menjadi sosok yang mengalami kesusahan dalam hidupnya, bertemu dengan seseorang dan meminta TOLONG.

Dalam acara itu kita bisa lihat ada beberapa yang menanggapi dengan baik dan menolong ada juga yang cuek bebek. Itu memang hak masing-masing orang lagi, bukan hak saya juga untuk menghakimi yang tidak memberikan pertolongan pada seseorang yang membutuhkannya.

Padahal terkadang, yang dibutuhkan orang itu hanyalah senyuman dan didengarkan saja. Setuju?

Mengucap kata tolong mungkin akan mengarah pada ketidakmampuan – itu mungkin yang dirasakan sehingga orang enggap meminta tolong.

Tapi kita ini bukanlah makhluk sempurna, jadi kenapa harus malu jika kita membutuhkan bantuan orang lain?

Dan kenapa kita jadi menutup diri dalam memberikan pertolongan? Apakah karena trauma telah dikecewakan saat memberi pertolongan sebelumnya?

Tolonglah menjaga kebersihan bersama….

Kata Terima Kasih Yang…

Tak ada kata yang tepat lagi saat saya menuliskan ini. Bingung. Pernah seseorang bercerita pada saya tentang bagaimana dia memberikan kursi yang didudukinya – setelah berlarian mengejar bus – ke seorang wanita.

Dia memberikan kursinya itu karena orang itu seorang wanita, dia menghargainya dan memberikannya. What did he get from that? Nadda. Gak ada sama sekali ucapan atau bahkan senyuman dari si wanita.

Maaf, saya bukannya mencoba mengangkat isu gender di sini, baik wanita pun pria melakukan yang sama kok. Tapi kebetulan kisah teman saya ini berkaitan dengan wanita.

Teman saya ini bukannya gila akan penghormatan sehingga meminta sesuatu imbalan dari tindakannya memberikan kursinya di bus itu.

3 kata yang jarang diucapkan sekarang ini….

Tapi dia merasa sakit hati banget karena kok kesannya apa yang dilakukannya itu bukanlah sesuatu yang baik.

Melainkan memang sudah seharusnya – jadi gak perlu diucapkan terima kasih atas sesuatu yang seharusnya dilakukan.

Saya sendiri mendengarnya pun sedih kok dan pernah mengalaminya. Yang ada sekarang ini malah terkesan:

“Memang udah seharusnya lo bangun dan kasih kursi lo ke dia… gak usah harepin apa-apa yeeee”.

Padahal, kalau belajar dari sosok yang sukses, mereka semua berhasil karena memang menolong orang di sekitarnya melalui tindakan mereka.

3 Kata Yang Jarang Diucapkan Pada Waktunya: Maaf Tolong Terimakasih

Sepertinya saya pun tak sendiri, Mbak Bel juga menuliskannya dalam blognya, di mana kata-kata ini seakan menjadi simbol belaka. Apakah memang sudah demikan adanya bahwa tiga kata yang jarang diucapkan pada tempat dan situasi yang seharusnya ini hanyalah simbol belaka?

Mungkin akan ada yang berkata – apalah arti sebuah kata? Buat apa sih dipermasalahkan?

Hmmm… apa memang sudah tidak pantas dipermasalahkan lagi ya? To be honest, I don’t know. Mungkin memang ketiga kata ini akan semakin jarang digunakan, semakin kehilangan makna. I really don’t know.

Tapi mungkin juga kata-kata ini akan kembali pada makna sebenarnya dan dipergunakanan sebagaimana mestinya.

Tulisan ini ya hanya sebatas tulisan saya aja tentang kata yang jarang diucapkan pada tempatnya yang mungkin hanya simbol belaka – hanya sebuah basa basi busuk yang perlu dihindari – *angkat bahu tinggi saya*

Exit mobile version