Febriyan Lukito

Not So Called Review – Saya Dan Zarah Di Partikel Dewi Lestari

Guest Post in da house… Guest Post pertama tahun ini adalah dari seorang sahabat baru yang suka mendorong saya. Dia ternyata penggemar berat seri Supernova, terutama buku Partikel Dewi Lestari. Saya pun menodongnya dan dia mau membuat no so called Review Buku Partikel Dewi Lestari ini. 😀 Dan hari ini, bertepatan dengan ulang tahunnya, tulisan ini dimuat. Happy birthday Nik, wishing all the best for you. 

***

Inteligensi Embun Pagi, sebuah judul buku yang menggoda saya. Entah kenapa, jika ada kalimat yang cantum kata “embun”, saya langsung suka. Karenanya, ketika seorang kawan memposting judul ini di path, saya komen bahwa tidak sabar menunggu buku karya Dewi Lestari ini terbit.

Balasan komen kawan itu kalau mau baca itu WAJIB hukumnya membaca seri Supernova sebelumnya, sebelum menjamah (tsah) buku yang itu. Alhasil kawan itu pun memberikan pinjaman 5 (lima) buku Supernova sebelumnya: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; Partikel dan Gelombang.

Sekilas Tentang Seri Supernova Karya Dewi Lestari

seri-supernova-bukan-review-buku-partikel-dewi-lestari
Seri Supernova Dewi “Dee” Lestari

Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh buat saya cerita sederhana Roman yang ringan dibaca – seperti kebanyakan novel lainnya. Tapi ketika seorang Diva muncul, saya langsung jatuh hati. Wanita yang sangat cerdas namun memiliki hati yang sangat perduli dengan orang lain terutama orang yang kesulitan.

Buku kedua, Akar. Buku ini mengajarkan tentang perjalanan sesungguhnya.

Petir, buku ketiga, membawa saya berpikir bahwa: kadang kita tidak mengerti diri kita seperti apa jika tidak “disentuh” orang lain, sebagaimana si tokoh utama.

Buku ke-4 Supernova: Partikel, inilah seri Supernova yang membuat saya menangis. Tidak perduli di manapun saya membaca. Bagi saya pribadi, ceritanya begitu “hidup”.

Dari buku terakhir terbit, Gelombang, yang paling saya ingat di seri ini adalah kekurangan itu bisa menjadi “Kekuatan”.

Tentang Partikel – Bukan Sebuah Review Buku

Di antara semua seri buku Supernova tersebut, seperti yang saya sampaikan secara tersirat, yang menjadi favorit saya adalah Partikel. Karenanya, saat ini saya ingin berbagi lebih detail apa yang saya dapat dari seorang “Zarah” tokoh utama di Partikel.

Saya mulai masuk ke dunia “Zarah” ketika dia tinggal bersama seorang ayah yang membesarkan dan mendidik dia “seutuhnya”. Zarah begitu dekat dan dibesarkan secara tidak konvensional oleh sang ayah, seorang dosen sekaligus ahli mikologi yang bernama Firas.

Firas begitu menyayangi Zarah begitu juga sebaliknya Zarah sangat mengagumi sang ayah. Walaupun Zarah tidak sekolah pada umumnya, Zarah tetap menjadi anak yang cerdas

Semua hal yang dilakukan sang ayah pada akhirnya tertuju pada “Zarah”. Sang ayah memperkenalkan banyak hal. Yang saya terkesan adalah bagaimana sang ayah mengajarkan harus menyayangi alam termasuk ketika sang ayah menguji Zarah di Bukit Jambul. Sebuah bukit di mana sang ayah menyimpan banyak rahasia.

Sang ayah berkata “Alam dan kita adalah satu. Ketika percaya pada alam, maka alam akan melindungi kita”.

Supernova Series – Partikel karya Dee Lestari

Kedekatan Firas Dan Zarah, membuat Firas mengetahui bakat Zarah di bidang fotografi.

Hal ini diutarakan Firas saat melihat hasil foto dan berkata: “Kamu punya mata yang baik, Zarah. Mata yang tidak sombong.” Dan dia pun berkata kalau ayah janji suatu saat akan membelikan kamera “sungguhan”.

Di sinilah kunci seorang Zarah akan mengenal banyak hal.

Cerita pun berlanjut bagaimana Keluarga Zarah menjadi dua kutub, Ayah Zarah di satu kutub sedangkan Ibu dan Hara, sang adik, di kutub lainnya. Dan pada akhirnya Firas, sang ayah tiba-tiba menghilang.

Kehilangan Dan Kehilangan – Atau Jalan Dari Semesta?

Supernova 4: Partikel Dewi Lestari

Apa yang terjadi pada seorang anak yang sangat dekat ayah dan tiba tiba menghilang. Zarah kehilangan arah. Dia merasa sendiri,  walaupun dia punya adik, ibu, abah dan umi. Dia tetap merasa sendiri, karena sang ayah yang dia puja itu orang yang paling ditentang di keluarga.

Kekuatan Zarah adalah barang milik dan sang ayah, yaitu jurnal dan berkas penelitian. Karena itulah akhirnya dia mau sekolah. Banyak kendala yang dia temukan di sekolah, karena Zarah seorang sangat kritis dan kecerdasannya melebihi anak anak lain.

Di sekolah dia menemukan seorang sahabat, Koso namanya. Dia sangat sayang dengan Koso, seseorang yang mempunyai kelemahan dalam belajar. Karena sayangnya Zarah pada Koso, akhirnya dia menemukan metode belajar yang baik sehingga Koso bisa mendapatkan nilai yang baik. Persahabatan mereka sangat baik, timbal balik. Karena Kosolah membuat Bahasa Inggris Zarah lebih baik.

Bukankah persahabatan seharusnya seperti itu? Saling memberikan yang baik.

Hidup Zarah lebih berwarna saat seorang Koso masuk dalam hari-harinya, walaupun pada akhirnya masa itu berlalu begitu cepat. Koso harus pergi ikut papanya. Kepergian Koso membuat Zarah sangat sedih.

Dan kesedihannya pun menjadi lengkap ketika jurnal, satu-satunya harapan dia menemukan sang ayah, dibakar oleh ibunya. Zarah sangat terluka, marah. Kemarahannya membuat dia meninggalkan rumah. Belum genap 17 tahun, pergi dari rumah dan hidup sendiri menggelandang, tidur di saung.

Namun buat dia itu adalah hidup yang damai, tenang dan bebas. Hari hari Zarah diisi dengan menjadi guru dan melanjutkan jejak sang ayah. Mencari tahu tentang Bukit Jambul.

Dan pada saat genap umurnya 17 tahun, adik dan ibunya datang menjemput. Mengajak pulang karena ada kiriman untuk Zarah. Ternyata Zarah mendapatkan sebuah kamera merk Nikon yang bertuliskan FM2/T.

Saat sang ayah menemukan bakat anaknya itulah, saya bilang itu kunci dan ketika janji itu ditepati maka pertualangan hidup seorang Zarah dimulai. Buat Zarah kamera ini adalah petunjuk untuk menemukan sang ayah. Tapi buat saya, kamera inilah awal dari kisah ini dimulai.

Menemukan Tujuan Kembali (Walau Dengan Teguran Keras)

Tujuan untuk mengetahui sang ayah adalah “nyawa “ Zarah, dan dengan itu dia akan menemukan banyak hal. Kisah yang dia tidak diduganya. Mulai dari dia belajar mengoperasikan kamera itu, dia harus mencari guru. Ketekunan dia belajar dan pada akhirnya peran orang lain yang membuat dia melangkah keluar dari tempat tinggalnya.

Bakat memotretnya membawa dia memenangkan hadiah untuk berangkat ke Tanjung Puting. Diajak mengenal lebih dekat kehidupan alam yang lebih luas. Zarah, gadis yang dari kecil begitu dekat dengan alam, saat bertemu hutan di Kalimantan dia merasakan itu “rumah“.

Hal itulah akhirnya dia memutuskan tidak kembali ke Bogor. Keputusan yang bukan tanpa rintangan. Ibu Inga, penanggung jawab di tempat itu, menolak dia untuk tinggal. Walaupun rela tidak digaji, asalkan diberi tempat tinggal. Tetapi semesta mendukung Zarah dengan hadirnya bayi orang utan memilih dia sebagai ibu. Bayi orang utan itu dinamai Sarah.

Kemandirian Zarah, kegigihan dan ketulusan membuat alam menyambutnya. Hari-hari Zarah diwarnai dengan mengurus Sarah, bergaul dengan alam dan memotret. Itu membuat dia menjadi “hidup”.

Suatu ketika, Ibu Inga kedatangan rombongan dari lnggris. Dari stasiun tv untuk membuat film dokumenter. Akhirnya, dengan rombongan inilah Zarah terbang ke London.

Siapa yang mengetahui rahasia waktu. Gadis yang tidak banyak bergaul, hanya punya bakat motret dan menjalankan semua titah ayahnya. Jangan sombong jadi manusia. Kerendahan hatinya, mau belajar, tekun, gigih mengejar tujuan, akan menggoreskan kisahnya di kota besar London.

Waktu dan semesta mencatat semuanya

Tujuan utama dia mau berangkat ke London adalah mencari jejak sang ayah melalui kamera. Karena info yang dia dapat, kamera itu diciptakan hanya 300 unit di dunia. Semua pemiliknya tercatat. Dan buat Zarah, mengetahui siapa pemilik kamera itu, akan membawanya lebih dekat dengan sang ayah. Yang dia yakini, pemilik kamera itu ada hubungan dengan sang ayah .

London menerima Zarah sebagai wild photography, dan keindahan London membiusnya. Sehingga sedikit lupa akan tujuan awal. Tergoda dengan kenikmatan rasa cinta, yang ditawarkan seorang pria tampan, bernama Strom. Hari hari Zarah bagaikan pelangi yang begitu indah. Punya pekerjaan yang membuat dia bisa kemana saja di dunia ini disertai pasangan yang tampan.

Semesta pun mengingatkan. Kenikmatan yang dia rasakan akhirnya direnggut oleh seorang sahabat yang menghianati dia. Koso sahabatnya saat SMA dipertemukan oleh Paul, seorang lelaki yang selalu ada buat Zarah.

Koso dan Zarah begitu bahagia bertemu dan akhirnya memutuskan tinggal bersama. Namun entah apa yang membuat Koso akhirnya menghianati Zarah dengan mengambil Strom dari kehidupan Zarah.

Badai itu datang menghapus pelangi Zarah. Zarah kembali terluka. Namun lukanya kali ini mengingatkan dia akan tujuan kenapa dia hadir di London. Luka inilah yang membuat mata Zarah terbuka, bahwa ada seorang lelaki yang selalu ada. Dia yang memperkenalkan London, mendidiknya dan pada akhirnya diapun yang mencarikan informasi pemilik kamera dan pada akhirnya berhasil menemukannya.

Saya dan Zarah

Zarah tokoh partikel ini mengajarkan saya, melangkahlah, maka engkau akan mengerti. Setiap lembar buku ini saya merasakan hadir. Bagaimana saya teringat hadir di kota Jakarta seorang diri. Hanya mengenal satu nama. Meninggalkan keluarga yang tidak pernah setuju akan kepergian saya. Umur Zarah dicatat Dee sama persis ketika saya melangkah keluar dari Pulau Bali.

Happy Birthday Nik… May all your dreams come true

Ketekunan belajar banyak hal dan gigih memperjuangkan tujuan itu memaksa saya untuk melangkah. Mencari tahu apa yang akan diberikan sang waktu. Hal ini sama yang dilakukan oleh Zarah, bagaimana dia begitu gigih berjuang untuk tinggal di Kalimantan yang dia sebut “Rumah”.

Dia tidak pernah berpikir untuk bisa terbang lebih jauh. Yang dia lakukan hanya menikmati rumah itu, sama seperti saya. Saya tidak pernah berpikir untuk bisa menjelajah banyak pulau di Indonesia, yang saya lakukan hanya belajar untuk mengisi waktu dengan hal hal yang baik.

Pelajaran Hidup Dari Partikel Dewi Lestari

Melalui kisah Partikel Dewi Lestari ini, mengingatkan saya dengan beberapa inspirasi atau pelajaran hidup, yang mana sudah saya alami setelah meninggalkan rumah:

Pelajaran Hidup #1 Dari Partikel Dewi Lestari Bagi Saya – Kedekatan

Kedekatan kita pada seseorang semestinya kita mengerti kelebihan yang di miliki orang itu dan dukung mewujudkan menjadi “sesuatu”. Hal ini saya dapat dari bagaimana Firas dekat sama Zarah. Mungkin bukan hanya kedekatan orang tua ke anak tapi bisa juga kedekatan kita pada sahabat ataupun pasangan. Sesuatu yang sampai saat ini saya masih berusaha untuk terus menjalaninya.

Pelajaran Hidup #2 Dari Partikel Dewi Lestari – Ingat Kembali Tujuan

Saat semuanya tidak berpihak, ingat atau cari “tujuan” supaya tetap bertahan menjalani dan melangkahlah. Seperti Zarah kehilangan Ayahnya, satu-satunya orang yang mengerti dia. Pada akhirnya dia mau sekolah karena mau mengerti lebih banyak tentang jurnal ayahnya dia menemukan sahabat, yang membuat dia lebih baik dalam bahasa.  Dengan itupun dia punya banyak kesempatan.

Saya sendiri sering mengalaminya. Merasa semua akan kiamat di sekeliling saya. Namun, di saat itulah, saya kembali teringat akan “TUJUAN” saya dilahirkan dan kenapa saya di Jakarta. Itu membuat saya bertahan dari waktu ke waktu.

Pelajaran Hidup #3 – Kebaikan Untuk Sahabat

Bantulah sahabat sebaik mungkin untuk mendapatkan yang terbaik, itulah inspirasi pembelajaran hidup berikutnya dari Partikel ini. Seperti Zarah yang tekun membimbing Koso untuk lulus tanpa harus bayar. Saya berusaha untuk menyebarkan kebaikan dan membantu sahabat saya sebisa saya.

*Febriyan: Saya kenal dengan Nik justru melalui sahabatnya, Adelina – yang saya yakin akan sukarela menceritakan seberapa hebatnya Seorang Sahabat bernama Nik ini.

Pelajaran Hidup #4 – Kata Hati

Perjuanglah apa yang dari hati, karena kata hati mendekati kebenaran. Sebagaimana Zarah gigih memperjuangkan untuk bisa tinggal di Tanjung Puting. Saya ingat saat saya memutuskan untuk pergi meninggalkan Bali. Semua orang tidak mendukung saya, tapi saya mengikuti kata hati saya, pergi meninggalkan Bali. And here I am now.

Pelajaran Hidup #5 – Luka Adalah Bagian Hidup

Jangan takut terluka, karena semuanya punya pelajaran. Seperti Zarah yang begitu terluka saat pelanginya diambil. Tapi dengan itu dia mengerti dan sadar ada seorang yang jauh lebih baik yang setia menunggu dia.

Di tahun pertama saya di Jakarta, entah sudah berapa kali saya dikecewakan. Tapi, seperti Zarah, akhirnya saya mengerti. Beberapa tahun belakangan ini, semua terjawab satu per satu dengan manis.

Pelajaran Hidup #6 Dari Partikel Dewi Lestari – Berbuat Baiklah

Tekunlah berbuat baik. Kesempatan-kesempatan akan kau dapatkan semua berasal dari itu.  Seperti Zarah yang rela mengasuh bayi orang hutan dengan tulus. Tanpa keluarga dan pendidikan yang memadai, itu yang terjadi dalam hidup saya di Jakarta.

Tapi seperti Zarah, terus berbuat baik, menjadi kunci dalam hidup saya. Dan dari sanalah saya belajar menikmati hidup dalam berbagai hal, termasuk keliling Indonesia.

***

Terima kasih banyak Nik, sudah sharing tentang makna buku Partikel Dewi Lestari ini di sini. Saya ingat sekali ketika Nik ini berkisah tentang seri Supernova di salah satu pertemuan. She was really into it, I can tell (and I am sure that I am not the only one). Bukan review buku Partikel Dewi Lestari ini luar biasa Nik. Hope other can see and feel it too.

 

Exit mobile version