Site icon Febriyan Lukito

#Respect – Stop Using Word ‘Autis’ as a Joke

Siapa di antara kita yg pernah bercanda menggunakan kata-kata Autis? Baca ini deh dan stop using word Autis as a joke.

Busy with the phone

‘Tu anak ‘autis’ kalo dah Blackberry™ an’

Mungkin kita tak sadar bahwa saat kita mengatakan ini…. Kita melukai beberapa orang. Bagi kita mungkin memang becanda, tapi orang-orang yang di sekeliling kita yang kenal dengan anak autis?

Beberapa hari yang lalu saya termasuk orang yg menggunakannya. Saya menuliskan kata itu untuk menggambarkan kondisi saya yang tak ingin diganggu oleh dunia luar – hal ini saya tuliskan twitter.

Sebuah reply cepat saya dapatkan dari sebuah akun twitter yang mengajak utk stop menggunakan kata ‘autis’ sebagai bahan becandaan.

Saat itu juga saya sadar akan kesalahan saya dan menghapus update status saya dan bertekad tak kan pernah main-main lagi dengan kata-kata itu.

Hari ini saya mendapatkan kembali artikel mengenai autisme. Saya akan share di sini. Dan dengan ini saya ingin mengajak kawan-kawan semua utk stop menggunakan ‘autis’ sebagai bahan candaan.
—————————————————-
Updated: New website from Silly:

http://www.newsilly.com/2011/09/18/kenapa-sih-gak-boleh-becanda-pakai-kata-autis-lu/

Kenapa Sih Gak Boleh Becanda Pake Kata “Autis Lo!”?

written by: Silly on http://sillystupidlife.com
also posted http://ngerumpi.com
and http://silly.blogdetik.com

* * *

Siang itu aku sibuk membaca buku resep makanan khusus untuk anak autistik. Ya, Anakku memang tidak bisa makan sembarang makanan. Salah-salah… anakku bisa berputar-putar seperti gasing jika ada zat dalam makananya yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anakku.

Ditangan sebelah kiri, ada buku Food diary anakku… yang aku tulis sejak pertama kali dia kuperkenalkan pada makanan padat… berisi apa saja yang dia cocok untuk tubuhnya,…  reaksi alergynya dan mana saja makanan yang tidak cocok dan menyebabkan dia overwhelmed.

Kebayang gak?…

Diusia 4 bulan misalnya, kuberikan jeruk bayi pada anakku,… Eh, gak lama kemudian dia muntah dan seluruh tubuhnya seperti dipenuhi… ULAT BULU… hiiii… 

Pernah aku beri dia tomat. Tapi kemudian, berhari-hari dia diare dan uring-uringan.

Kuberi dia susu instant,… anakku malah jingkrak2, Mengepak-ngepakkan tangannya, persis seperti orang gila!!!

Dia berputar-putar tanpa merasa lelah,… dan kemudian mengamuk ketika tidak mengerti bagaimana cara mengendalikan tubuhnya yang tidak mau diam.

Ahhh, sudahlah… life must go on anyway. 

Kulirik sekali lagi food diarynya… hmm, hari ini aku harus mencoba memberinya 5ml putih telur tanpa kuningnya, karena 7 hari yg lalu, dia sudah sedikit kebal ketika kukenalkan pada telur ayam ini.

Baru saja hendak memasak, tiba2 kudengar jeritannya… Kucari anakku, tapi tidak kutemukan.

Aku keruang setrika… dan disana kutemukan anakku sedang nangkring diatas lemari, dengan setrika panas yang baru saja dicabut oleh BS-nya karena kupanggil untuk membantuku memasak.

Setrika panas ini masih nempel diatas punggung tangan kirinya.!!!

Oh… My… God!!!  *panik*

Dari punggung tangannya mengepul asap. Bau daging panggang begitu segar menempel dihidungku.

Kuangkat setrika itu dari tangannya… dan, aduh Tuhan, aku tidak kuat melihatnya.  Sebagian dagingnya menempel dibalik gosokan panas itu…   (  (  (

AAAAAARRRRGGGHHHH…

Sumpah kalau saja ini bukan anakku,… Aku pasti sudah mati berdiri karena ketakutan…  Melihat daging dari punggung tangannya, yang menempel pada setrika itu… itu sudah berubah menjadi putih kekuningan… 

Dan luka di tangannya… juga sudah berubah menjadi putih seperti daging ayam matang  (

Aku menjerit sekencang-kencangnya…

Kupanggil Baby sitternya yang tadi aku suruh untuk membantuku didapur… lalu dengan kesetanan, ku kebut mobilku ke UGD Rumah Sakit, untuk dirawat secara intensif.

Begitu anakku segera tertangani…  tiba2 aku kehilangan seluruh tenagaku.

AKU PINGSAN!!!

* * *

Hari itu, lagi-lagi aku sedang mempersiapkan makanannya. Memang, Khusus untuk makanannya, aku memutuskan untuk memasak sendiri, karena hanya aku yang tahu berapa gram atau mililiter…  porsi makanan yang masih bisa ditoleransi oleh tubuh anakku.

Sedang membersihkan kompor yang kecipratan makanan… tiba-tiba, lagi-lagi kudengar bunyi benda jatuh.

GEDEBUK!!!…

Buru-buru kucari sumber suara itu, memastikan bahwa itu bukan anakku…

Damn. Oh Tuhan… lagi-lagi anakku, dia baru saja terjatuh dan sepertinya kepalanya terantuk pada pinggir tembok, sehingga kepala sobek dan berdarah.

Dia masih berusaha berdiri, meskipun sempoyongan…. Dan sambil berjalan, dial menggaruk luka di kepalanya yang bocor… Sementara darahnya terus aja mengucur deras, tepat di belakang otak kecilnya.

Tangannya berlumuran darah… Punggung bajunya pun juga sudah berubah menjadi merah oleh darah. Tapi dia tidak menangis… Dia hanya berjalan sambil menggaruk luka menganga yang ada dibelakang kepalanya.

Aku menjeritttt sekuat2nya. Kepalanya kututupi dengan lap kompor yang tadi aku pegang.

Tapi itupun gak lama… karena dalam sekejap, lap kompor itu sudah berubah menjadi merah kehitaman.

Aku berteriak panik,… “mbak, minta handuk… handuk… CEPATTTT!!!”

Dan lagi2 kukebut mobilku ke rumah sakit, langsung menuju UGD. Disana, dokter yang sudah terbiasa menangani anakku sudah siap menunggu dan segera menjahit kepala anakku.

Dia tidak menangis… hanya minta sesuatu yang bulat untuk dia pegang.

Dan setelah dijahit dengan 8 (delapan) jahitan… Hatikupun sedikit lega. Seluruh persendianku serasa dicopot dari tubuhku, dan tanpa sadar…Lagi-lagi aku… PINGSAN.

* * *

Terlalu banyak cerita haru dan berurai airmata yang kami harus jalani. Berkali-kali jantung kami harus terpacu 100x lipat manakala mereka melakukan hal-hal yang tanpa mereka sadari mencelakai diri mereka sendiri.

Tapi ini bukan keluhan kok,… karena saya selalu sadar…. Tuhan itu ARSITEK YANG AGUNG. Karyanya tidak pernah gagal. Tidak satupun makluk yang diciptakannya, yang merupakan produk gagal.

Jadi ketika dia menciptakan seorang bayi yang memiliki kekurangan, dia tidak pernah lupa untuk menitipkan KELEBIHAN pada anak ini.

So, buat semua orang tua, berhentilah mengeluhkan kekurangan anak kita… mari bantu mereka untuk menemukan kelebihan mareka.

Anakku memang Autistik, tapi aku bangga setiap kali menceritakan bahwa anakku autis. Aku bangga setiap kali menceritakan bagaimana proses menangis berdarah-darah itu, sudah Tuhan rubah menjadi Senyum sukacita dan bangga yang luar biasa.

Selalu ada haru yang menyesakkan dadaku, manakala mendengarkan tangan2 mungilnya menari2 dengan lincah diatas tuts2 piano,… mendengarnya bercakap2 dalam bahasa Inggris,… seolah yang kudegar ini adalah anak bule asli… yang nyasar dalam tubuh putriku. 

Namun, dibalik itu… Walaupun bangga… selalu tersisa rasa risih dan tidak nyaman, kalau tidak ingin dibilang tersinggung… manakala mendengar orang-orang bercanda dengan menggunakan kata “Autis”.

Minggu yang lalu sahabat saya menyelenggarakan pesta ultah disebuah resto terkenal, salah satu teman kami, sibuk dengan BB-nya, sehingga teman yang lain menegur begini…

“Tuh,… liat tuh sill… autis banget khan dia…? KAYAK ANAK LOE khan?… Loe marahin deh sil… marahin sil… Coba loe terapi dulu nih dia,… biar sembuh kayak anak loe”

Dan semua lalu tertawa terbahak-bahak…

Saya??? hmmm… Cuma bisa senyum kecut, karena tidak ingin merusak suasana Pesta Ulang Tahun sahabat saya… *doh*    

Well, saya tahu mereka hanya bercanda, namun biar bagaimanapun,… Saya sudah merasakan dan  tahu betul sulitnya membesarkan anak autistik.

Semoga artikel ini semakin mencerahkan teman-teman mengapa orang sepertinya terlalu over campaign dengan gerakan “Stop Using Autism on our daily jokes” ini. Semoga berkenan.

Just my two cents 

-silly-

* *

——————————————————

Thank you untuk yang sudah menyadarkan saya. Saya pribadi meminta maaf kepada semua yang sudah tersakiti dengan canda seperti itu.

Terima kasih utk Ibu Silly yang memberikan kesempatan utk saya posting hal ini.

Be humble, be human, be YOU!
YOU ARE the #BEST

Exit mobile version