Febriyan Lukito

Tips Mengatasi Perpisahan – Goodbye Glee

Akhirnya dua minggu lalu, serial Glee pun mengucapkan perpisahan pada kita saya. Goodbye setelah 6 season penuh naik turunnya rating, cerita dan semuanyalah, Glee pun ditutup dengan baik oleh mereka. Saya sudah memperkirakan bahwa akhir serial ini akan dibuat wow. Memang tidaklah sebesar yang saya pikirkan, tapi saat menonton episode terakhirnya, saya tidak terpikirkan lagi bagaimana membuat hal ini lebih pas lagi.

McKinley High dijadikan sekolah seni dan Will menjadi Kepala Sekolahnya. Kisah tokoh-tokohnya? Mercedes jadi penyanyi terkenal, setelah dimulai dengan jadi penyanyi pembuka konser Beyonce *ceritanya*, Sam jadi pengajar di McKinley – club Glee itu. Terus Blaine dan Kurt kan memang nikah sudah beberapa minggu lalu, akhirnya mereka jadi aktor terkenal terus punya anak yang di-surrogate oleh Rachel. Nah Rachel sendiri menang piala Tony ceritanya dan nikah dengan salah satu old fling – bukan dengan Sam.

http://www.youtube.com/watch?v=qaqVwlkTENc

Ini nih lagu penutup untuk serial Glee ini, I Lived judulnya, saya sendiri gak tahu lagu aslinya siapa yang nyanyikan. Tapi seru, banyak yang sudah kembali terlihat di akhir acara itu. Seperti Quinn, anak-anak Glee yang season 5, adiknya Puck – saya lupa namanya. Sayangnya Marlie – “The New Rachel” gak kelihatan di sini, apakah dia sudah main film layar lebar jadi gak mau lagi ya?

Perpisahan

The magic word

Siapa yang gak pernah mengalaminya? Saya pernah menuliskannya juga yang baru saja saya update tentang hal ini juga – melepaskan. Memang gak mudah kan ya? Melepaskan sesuatu yang kita punya, dan apalagi yang kita sangat sayangi itu bukan hal mudah untuk dilakukan. Segala di dunia memang sifatnya sementara, tidak ada yang abadi. Tapi menyadari kebenaran akan ketidakkekalan, seperti yang diajarkan agama yang saya anut pun tidak membuat hal terkait perpisahan ini mudah.

Saya memang tidak menangis saat papa saya meninggal, seingat saya – saya tidak menangis sama sekali. Tidak menangis di sini bukan berarti saya bisa bilang kalau saya rela dan lega melepaskan kepergian almarhum papa begitu saja. Walaupun dia agak menyebalkan dulu, suka iseng sama saya ataupun selalu bilang kalau nilai saya gak sebagus yang lain, tapi tetap saja saya merindukannya. Sering saya teringat dirinya kalau mang lagi rindu banget. Seperti saat membaca tulisannya Mas Ariga soal ayah, saat itulah saya merasa rindu dan kehilangan, walau almarhum menyebalkan.

Jangankan melepaskan dia yang telah meninggalkan dunia ini, terkadang kita melepaskan barang yang baru kita punya saja sudah sedih kan? Seperti yang dialami Nadia yang harus berpisah dengan handphone kesayangannya itu. Pasti berat kan? Tapi ya itulah hidup. Akan ada saat kita kehilangan yang kita punya. Suka atau tidak, kapannya saja yang kita gak tahu. Memang gak bisa disamakan kehilangan barang dengan kehilangan yang namanya orang yang kita sayangi, tapi intinya sih kehilangan – perpisahan akan selalu ada.

Adakah yang bisa membagi di sini bagaimana melepaskan dengan baik? Saya coba share yang saya lakukan selama ini ya.

TIPS MENGATASI PERPISAHAN

1. Menerima Kenyataan

Adalah hal paling pertama yang kita harus lakukan, setidaknya ya bagi saya. Bahwa kita memang sudah kehilangan atau berpisah dengan orang itu atau barang itu. Susah sih, akan ada masa di mana kita berusaha menutup mata tentang kenyataan ini. Kalau dalam serial yang sering saya tonton, saat pisah dengan pacar, akan ada masa denial. Iya, masa kita menolak kenyataan bahwa ini sudah terjadi. Nah tiap-tiap orang akan membutuhkan waktu untuk sampai dapat menerima kenyataan ini.

2. Take your time

Just take your time – sebanyak yang kamu perlukan untuk berduka. Kalau memang butuh seminggu, ambil seminggu. Nangislah kalau memang perlu menangis sampai kapanpun. Atau mungkin perlu makan es krim – yang katanya salah satu cara mengatasi stress. Ambil waktu sebanyak yang dibutuhkan dan cara apapun yang diperlukan untuk “menikmati” perpisahan ini.

3. Batasi waktu berduka

Nothing last forever - but memories will last
Nothing last forever – but memories will last

Nah ini mungkin agak kontra dengan tulisan di point atas ya, tapi memang kita tetap harus pastikan waktunya itu terbatas. Jangan berduka selamanya kan. Kalau kata orang, mereka yang telah pergi akan lebih bahagia melihat kita yang ditinggalkan untuk melanjutkan hidupnya. Entah kenapa, saya percaya hal ini. Walaupun saya bilang take the time you need to mourn, but still keep in mind that there’s a limit. One day – set the day – you need to move on. 

4. Cari pengalih pikiran

Paling mudah menerima bahwa kita sudah berpisah dengan seseorang atau sesuatu adalah ya dengan melakukan hal-hal yang dapat membawa diri kita dari memikirkan perpisahan itu. Cobalah nikmati me time versi dirimu sendiri. Kalau saya salah satunya ya dengan nulis ataupun dengan duduk di pantai menikmati sunset. Cari cara yang cocok dengan dirimu sendiri ya. Bisa saja baca buku, nulis, jalan-jalan dengan teman atau ikut acara Baksos.

Baca juga: Helping – Baksos Melepas Hewan

5. Remember this

Satu kutipan yang paling saya suka dan sangat berhasil dalam mengatasi hal-hal buruk dalam hidup saya adalah This too shall pass. Apapun itu, seburuk apapun, hal-hal itu akan berakhir suatu saat nanti. Yakinlah itu. Perlahan demi perlahan, semua hal akan berlalu. Dan suatu saat nanti kamu akan merasa bahwa apa yang telah terjadi tidaklah seburuk yang kita bayangkan, bahkan membuat diri kita semakin kuat menghadapi hidup yang berat.

Baca juga: This too shall pass.

Ya itu sih kira-kira yang saya lakukan selama ini, bisa saja cocok dengan dirimu bisa juga gak. Kalau kalian, apakah ada tips untuk mengatasi perpisahan?

NB: Kok tiba-tiba kangen sama serial Friends ya.

Exit mobile version