Febriyan Lukito

Kutip yukkk

Forgiveness does not change the past, but it does enlarge the future – Paul Boese 

Kata beberapa orang, memaafkan itu hanya untuk orang yang lemah saja. Jangan memaafkan mereka yang telah berbuat salah, karena suatu hari kita harus membalasnya.

Gimana menurut kalian pendapat itu?

Kalau saya percaya akan karma. Jika orang berbuat buruk pada kita, tanpa perlu kita balas pun, suatu saat mereka kan menerima balasan kok. Jadi kenapa harus mendendam?

Menyimpan dendam dalam diri kita itu tidak membuat kita lebih baik kok. Trust me, been there. Menyimpan dendam membuat kita berpikiran picik. Berpikiran sempit. Semua-semua serba jadi salah. Dan akhirnya sebenarnya merugikan kita sendiri. Gak percaya?

Ok…

Saya pun pernah mendendam pada orang yang bersalah pada saya, yup… sakit hati saya rasanya tidak cukup untuk dipendam saja. Harus diluapkan kepada mereka yang telah menyakiti. Jadi terpikir untuk melakukan hal-hal buruk kepada mereka. Seperti apa? hahaha… gak perlu dibahas ya, yang pasti tidak saya lakukan rencana itu kok. Tapi saat berpikiran seperti itu, semua pikiran saya menjadi lebih sempit. Segala-galanya jadi serba negatif.

Apapun yang orang lain lakukan pada saya, sebaik apapun itu, saya anggap ada udang di balik bakwan. Saya jadi banyak berpikir negatif selalu, perlahan tapi pasti, dendam itu menggerogoti pikiran dan akhirnya berimbas juga dalam pergaulan. Saya jadi malas bertemu dengan orang lain. Lebih enak sendiri dan akhirnya menarik diri.

Untungnya, ada teman yang menyadarkan dengan caranya sendiri. Dia menyadarkan saya secara tidak langsung dan saya pun ingin mengakhiri dendam itu. Kalau tidak, mungkin saat ini saya tidak akan blogging lagi. Karena di saat saya menyimpan dendam itu, saya pun sempat memvakumkan diri dari menulis TGFTD. Rasanya beda, menuliskan TGFTD, tapi hati ini menyimpan rasa yang bertolak belakang dengan yang dituliskan. Seperti menuliskan kebohongan besar.

Setelah melepaskan dendam itu, saya pun mendatangi orang-orang yang saya benci itu dan kemudian meminta maaf kepada mereka. Saat itulah saya merasakan lega. Lega yang sangat menyenangkan jiwa. Semua sepertinya hilang. Kalau dalam komik Jepang, mungkin selama menyimpan dendam, saya sudah digambarkan berada di bawah awan hitam. Tapi setelahnya, awan itu menghilang dan saya pun melangkah dengan lebih baik.

Berapa lama saya sampai menyadarinya?

Hampir satu tahun. Lama ya… tapi selama itu juga saya merasakan pengalaman luar biasa dan memahami banyak hal, bahwa kehidupan ini memang harus seimbang. Saya mengalami hal-hal buruk bukan berarti saya buruk. Tapi justru belajar dari sana. Jika saja saya masih mendendam, saya tidak tahu bagaimana hidup saya sekarang. Mungkin saja saya tidak akan bekerja sampai di negeri seberang ini.

Kutip yukkk 1
Forgiveness, Past and Future

Jadi kutipan di awal, bahwa memaafkan itu tidak merubah masa lalu adalah benar. Masa lalu saya akan tetap sama. Bahwa kejadian itu sudah terjadi dan akan selalu ada dalam kenangan saya kok. Tapi memaafkan memperluas masa depan… itulah yang terjadi. Dengan kejadian itu saya belajar bahwa menyimpan dendam tidak ada gunanya. Dan memaafkan dan meminta maaf, sekalipun bukan salah kita – tapi hanya karena berpikir membenci seseorang, membuat kita lega dan banyak peluang terbuka.

Cobalah…

Memaafkan bukan untuk melupakan, tapi memaafkan untuk memulai yang lebih baik, yang jauh lebih besar lagi di masa mendatang. Tak ada kerugian yang dihasilkan dari memaafkan. Tapi lebih banyak keindahan yang akan kita dapatkan dari memaafkan.

Pernah mengalaminya? Share yukkk

Exit mobile version