Febriyan Lukito

Kisah Sebuah Tas

See that jacket on the right? That's the Tangkuban Perahu jacket

Pernah dengar Kisah Sebuah Tas gak? Saya lupa-lupa ingat sih kisahnya tapi yang saya ingat bukan kisah perjalanan tas ini dipakai hingga akhirnya rusak. Mudah-mudahan benar yang saya coba tuliskan ulang di sini.

Jadi alkisah, ada sebuah tas dipakai oleh seorang anak laki-laki pemalu dan rajin belajar. Setiap hari dia membawa tas ini ke mana-mana dan yang melihatnya bisa merasakan beratnya tas itu. Terlihat sekali kalau isi tas itu padat banget.

Isi tas itu buku, gak sembarang buku tapi hampir semua buku pelajaran dia bawa. Beda dengan teman-temannya yang bahkan hanya membawa satu buku tulis dan bolpen saja – tanpa tas. Mungkin kalau tas itu bisa teriak, dia akan teriak minta tolong.

Setiap hari anak itu menggunakan tasnya itu dan bahkan dari hari ke hari terlihat semakin berat saja rasanya. Coba deh lihat foto berikut. Berat banget kan kelihatannya ya.

Kisah Sebuah Tas 1
Berat gak menurut kalian

Pas dicek ternyata isi tas itu bertambah tiap hari dengan segala macam. Obat-obatan, kertas notes, buku bacaan, buku lainnya. Semua ada. Mau pinjam bolpen, ada kok. Mau minta obat tetes mata, ada juga. Pokoknya ternyata tiap hari anak itu menambahi isi tasnya dengan hal yang dia mau.

Berat banget sih berasanya kan? Hingga suatu hari anak itu duduk di sebuah taman. Kecapekan dengan tasnya itu. Di sebelahnya ada seorang Bapak lagi membaca koran. Bapak itu melihat anak itu terengah-engah. Hingga terlibatlah pembicaraan di antara keduanya. Anak itu pun menjelaskan kenapa dia terengah-engah dan ditunjukkannya isi tasnya itu.

Sang Bapak bertanya kepada anak itu, “Kenapa kau membawa sebegitu banyak barang. Semua ini kamu gunakan tiap harinya?”

Anak itu mengangguk. Tapi rupanya Bapak itu tak percaya.

“Kamu yakin? Buku-buku ini semuanya kamu pakai setiap harinya? Dan juga obat ini. Atau bagaimana dengan buku komik ini? Bolpennya kamu pakai semua?”

Anak itu terdiam sejenak sebelum dia menjawab kalau semuanya tidak dipakai sih. Hanya dia siap-siap saja. Takut ada yang sakit, dia bisa kasih obat itu. Kalau ada yang lupa bawa bolpen dia bisa kasih pinjam. Kalau ada pelajaran tambahan dadakan, dia sudah siap dengan bukunya. Intinya semua itu dia bawa untuk jaga-jaga. Sang Bapak tersenyum mendengarnya.

“Anak muda, berjaga-jaga untuk sesuatu yang kan terjadi adalah baik. Tapi jangan jadikan tubuhmu memikul semua beban itu di pundakmu. Cobalah keluarkan sedikit demi sedikit. Bawalah yang kamu perlu. Kamu tidak perlu membawa pisau hanya karena jaga-jaga perlu mengupas buah nanti.”

Anak itu terdiam mendengar ucapan sang Bapak. Memang beban yang dipikul setiap harinya banyak. Berat pula. Karena itu juga dia saat ini duduk di samping sang Bapak, karena kelelahan dengan yang dibawanya itu.

“Mungkin yang kau pikirkan benar anak muda, berjaga-jaga untuk setiap keadaan memang perlu. Tapi jangan jadikan semua itu jadi beban dalam hidupmu. Life is short, be free and enjoy every moment of your life. Jika ada masalah, hadapi, jangan dihindari, cari solusi terbaik dengan keterbatasan yang ada.”

Anak itu pun tersenyum pada sang Bapak dan mengucapkan terima kasih atas masukan sang Bapak. Dia pun berjalan menuju rumahnya dan sejak saat itu dia mengurangi beban tasnya itu, dan hari-harinya lebih ringan dan menyenangkan.

***

Kisah di atas bisa jadi benar, bisa juga hanya rekaan belaka. Tapi berapa banyak dari kita yang sebenarnya selama ini membawa beban seperti anak itu. Membawa tas yang begitu beratnya setiap hari dengan segala macam isi yang mungkin juga tidak kita perlukan saat itu.

Seperti itu juga kita cenderung membawa beban hidup kita, emosi yang tidak perlu dalam tas kehidupan kita sehari-hari. Menyimpan segala sesuatu yang tidak perlu dalam hidup kita di dalam tas kehidupan kita itu dan kita sendiri tidak menyadari hal itu. Cobalah teliti tas kehidupan yang kita punya sekarang ini, apakah ada beban berlebih?

Enjoy your life – be prepared for anything but don’t bring too much baggage on your shoulder. 

Exit mobile version