Febriyan Lukito

Guest Post: Kiri Kanan Utara Selatan – Bingung???

Another Guest Post nih. Kali ini dari teman, partner in crime apalagi ya? Dia lebih dikenal dengan #TeleportasiManfaat – alias Sang Entrepreneur. Kali ini sharing darinya tentang Kiri Kanan Utara Selatan – Nyasar dalam hidup.

Baca juga:Teleportasi Manfaat

***

Pernah nyasar, atau pernah ketemu orang yang tersesat? Saya rasa sebagian besar pernah. Nah, dalam kondisi tersesat atau bertemu orang yang tersesat, bagaimana bentuk pertanyaan yang sering kita gunakan untuk menanyakan atau memberi petunjuk arah?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengadakan “survey” kecil-kecilan mengenai hal ini. Pertanyaan yang saya berikan kepada teman-teman begini kira-kira;

“Dalam memberikan atau meminta petunjuk arah, kita lebih suka pake arahan kiri-kanan atau utara-selatan?”

Jawaban pun didominasi oleh pilihan pertama, penggunaan arahan kiri-kanan. Sedikit sekali yang memilih menggunakan arah mata angin utara-selatan-timur-barat. Dan, informasi tambahannya adalah bahwa pengguna arah mata angin cenderung “orang kampung”, sementara seluruh teman yang di kota besar lebih memilih menggunakan arahan kiri-kanan.

Ada arti lain dari sekedar kiri kanan utara selatan bagi kita sesungguhnya. Generasi kita sekarang lebih cenderung menggunakan kiri-kanan dengan alasan praktis dan bisa dimengerti hampir semua orang.

Generasi Instan Dan Kiri Kanan Utara Selatan

Ya, kita memang sudah seringkali mendengar bahwa generasi kita disebut generasi instan, serba mudah, serba praktis. Lalu pertanyaan berikutnya, apa menurut kita logika orang dulu juga belum bisa memilih kiri-kanan ketimbang utara-selatan?

Saya meyakini, sesungguhnya orang dulu juga sudah tau kiri-kanan yang lebih praktis dibanding utara-selatan, tapi mereka memilih utara-selatan karena memang itulah arah mata angin sebagaimana ditanyakan.

Kiri atau kanan sejatinya bukan arah, tapi lebih kepada bagian dari sesuatu. Tapi kita di masa kini “memaksakan” kata kiri-kanan sebagai penunjuk arah. Apa sebenarnya yang dapat dimaknai dari “ketidaksetiaan pada kata” ini?

Underestimating Human Capacity

Pesan pertama yang dapat kita pelajari dari hal tersebut adalah betapa kita sekarang sudah “mengkerdilkan” kemampuan kita sendiri sebagai manusia.  Manusia, sejatinya memiliki instrumen komplit dalam dirinya. Kalau hanya untuk sekedar membedakan arah mata angin, tentu seorang manusia mampu melakukannya dengan baik.

Tapi dengan sadar atau tidak, kita menutup kemampuan itu dengan “memanjakan” diri sendiri untuk tidak terbiasa menggunakan kemampuan itu. Bahkan mungkin, sekarang dengan bantuan kompas pun kita belum tentu mampu “merasakan” utara dan selatan.

Strategist vs Visioner, Parsial vs Kosmis

Ketika kita lebih memilih untuk menggunakan kiri-kanan daripada utara-selatan, pertimbangan paling utama adalah karena praktis, atau boleh dibilang itu alasan strategis, sesuatu yang langsung bisa diimplementasikan.

Sebaliknya, orang-orang yang memilih menggunakan utara-selatan dibandingkan kiri-kanan, pertimbangan utama justru karena menurut mereka hal itu akan memberi gambaran lebih komprehensif. Bahwa dengan arah mata angin, kita bisa memiliki pandangan lebih jauh.

Orang-orang dengan pilihan kiri-kanan merupakan orang dengan pandangan parsial, dan karenanya cenderung ego-sentris. Setidaknya, menggunakan apa yang ada di dalam diri sendiri (bagian kiri atau kanan) sebagai penunjuk arah sementara dia dalam kondisi tersesat, cukup menjadi pembuktian atas hal itu.

Sementara orang-orang dengan pilihan utara-selatan adalah orang dengan pandangan lebih kosmis, bahwa kita tidak sendiri, ada pihak lain, ada petunjuk yang lebih besar. Semestinya, saat kita tersesat sebaiknya kita mendapat petunjuk dari pandangan yang lebih “tinggi” sehingga mampu memberi gambaran lebih luas.

Meskipun, hal ini berarti membutuhkan usaha lebih untuk memahami sesuatu lebih jelas. Tapi, bukankah begitu cara melihat peta? Dengan melihat lebih tinggi posisi sebuah lokasi?

Satu lagi bukti bahwa visi semakin sulit diperoleh, dan karenanya kehidupan kita semakin pragmatis. Orang-orang lebih memilih untuk sekedar memikirkan bagaimana nanti, bukan nanti bagaimana. Orang-orang cenderung lebih suka mengalir, mengikuti arus, tanpa berusaha mengendalikan arus.

Padahal, seorang teman pernah berkata;

Yang hanya mengikuti arus hanyalah sampah dan/atau kotoran?

Jadi, tipe manakah kita?

~amrunofhart~

Kesimpulan

Gimana? Setelah membaca sharing dari teman saya ini soal kanan kiri utara selatan ini, apa yang bisa diambil dan tipe mana dirimu? Apakah sama seperti saya yang kiri kanan daripada utara selatan? Hmmm… saya jadi berpikir nihhhh…. Jangan lupa kunjungi blognya ya… Sangentrepreneur.wordpress.com untuk tulisan soal wirausaha, saya juga ada nulis di sana :p. Terus yang mau Guest Post, bisa baca syarat dan ketentuannya di Guest Post Page ini.

Exit mobile version