Site icon Febriyan Lukito

DIA atau dia

DIA atau dia

‘Jadi????’ Ninda agak membelalakkan matanya menatapku. Tatapan yang tak menyenangkan. Hampir seperti tatapan seekor elang melihat mangsanya, hanya saja ini dari jarak dekat.

‘Jadi???’ Aku mengulang pertanyaan Ninda dengan sengaja dan kemudian menyeruput es jeruk yang ada di hadapanku.

Ninda semakin membesarkan matanya. ‘Nino Adiwira Pratama!’ Ninda setengah berteriak menyebutkan nama lengkapku. ‘Jangan bercanda ah. Serius nih. Jadi, lo itu milih siapa?’

Aku pun menggaruk kepalaku, seakan ada ribuan gatal di sana. ‘Bingung…’ Jawabku singkat.

‘Bingung napa deh?’

‘Soal cantiknya sama sih. Lo tahu kan tipe gw. Pokoknya dua-duanya masuk kriteria deh’ aku mengambil nafas sejenak.

‘Tapi……’ Ninda tak sabar mendengar kelanjutan penjelasanku. Aku sendiri bingung bagaimana cara menjelaskannya.

‘Yang satu manis, pintar tapi masih kekanak-kanakan. Kalau sama dia, serasa lagi ngemong adek.’ Jelasku. ‘Kalau yang satunya… Lebih dewasa. Biasa aja soal pintarnya. Tapi enak diajak ngobrol. Tukar pikiran.’

‘Terus???’ Cecar Ninda memintaku menjelaskan lebih.

‘Ya itu…. Gimana ya??’ Ujarku.

Ninda mencoba menyerap penjelasanku tadi dengan lebih seksama. Keheningan menghantarku pada sosok kedua orang yang kusebutkan tadi. Memang membingungkan bagiku.

‘Yah.. Yang menarik buat lo lebih yang mana?’ Tanya Ninda.

‘Ya masing-masing ada daya tariknya masing-masinglah Nin. Makanya gw bingung.’

‘Yang buat lo lebih nyaman yang mana?’

Aku terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Ninda itu. Pertanyaan yang sering kuajukan ke diriku sendiri sebenarnya.

‘Itulah… Itu!’ Jawabku seraya menggebrak meja pelan yang membuat Ninda agak terkejut. ‘Itu yang bikin gw bingung Nin.’

‘Lah???’ Ninda menyuarakan kebingungannya atas kebingunganku.

‘Iya… Abis gimana ya Nin.’ Aku berusaha menjelaskan kebingunganku kepada Ninda. ‘Kalau ditanya soal kenyamanan, susah jawabnya Nin.’

‘Kenapa? Dua-duanya bikin lo nyaman gitu?’

‘Ya dan tidak sih.’

‘Maksudnya??’

‘Hmmmm… Ya, dua-duanya bikin nyaman dalam kondisinya masing-masing. Tapi….’

‘Tapi????’ Ninda semakin penasaran.

‘Tapi…. Dua-duanya juga bikin gak nyaman. Gimana ya jelasinnya.’ Aku pun memutar cara menjelaskan ke Ninda semua ini.

Bibirku pun mulai mengutarakan semua yang telah kualami beberapa bulan belakangan ini. Pertemuanku dengan Nisya.

Di suatu saat, Nisya akan bersikap seperti anak kecil, dan di saat itu aku akan bertindak sebagai kakak yang sedang mengajak adiknya jalan-jalan.

Namun di saat lain, Nisya akan berubah dan menjadi dewasa. Di saat itulah aku berdiskusi dengan nyaman dengannya.

Itulah… Kenyamananku itu membingungkan. Aku harus memilih DIA atau DIA yang sebenarnya satu orang namun dengan dua kepribadian.

Ninda pun hanya bengong mendengarkan penjelasanku itu.

Ryan
160513 0805

Exit mobile version