Site icon Febriyan Lukito

100212 – Artikel – Happiness

100212 – Artikel – Happiness

Aku ingin bahagia!!!

Siapa juga yang tak mau bahagia ya? Saya? Mau. Anda? Apa??? Tidak mau? Ooo salah. Mau juga kan?

And memang tidak salah kok untuk bahagia. Itu hak kita. Kalau ada yang melarang kita untuk bahagia, dia sudah melanggar hak kita sebagai makhluk hidup.

APA SIH KEBAHAGIAAN?

Kebahagiaan itu apa? Ada yang bilang kebahagiaan adalah rasa di dalam diri kita yang hangat, tapi juga menyejukkan (kok jd puitis sih?) Laksana mentari pagi. Ada juga yang bilang, kebahagiaan adalah kekayaan. Kalau kaya, pasti bahagia. Terus lain lagi yang satu ini, bilangnya kebahagiaan adalah tawa.

Macam-macam orang mendefinisikan kebahagiaan dalam hidup mereka dengan cara yang berbeda-beda. Dan tak ada yang salah dalam mendefinisikannya.

Saya baru saja membaca tulisan dari Ajahn Brahm dalam bukunya ‘Hidup Senang Mati Tenang’. Di salah satu bab, beliau menuliskan tentang pengalaman hidupnya. Terkait dengan bahagia.

Dulu, ketika sekolah, dia diingatkan oleh orang tua dan gurunya untuk belajar sungguh-sungguh saat menjelang O-Level Test (beliau tinggal di London). Setelah lulus dengan nilai baik, dia akan bahagia, itu pikirnya. Namun, setelah O-Level, dia harus ikut A-Level. Dan akhirnya kembali belajar mati-matian agar nanti bahagia. Setelah lulus memuaskan kembali, beliau kuliah dan di saat itu kembali lagi, belajar sungguh-sungguh, lulus dengan nilai baik dan bahagia.

Terus menerus. Sampai beliau berpikir… Setelah lulus, kerja, menikah, dll. Itu yang dilihat dari teman-teman di sekitarnya. Yang akhirnya mengejar kebahagiaan itu dari satu hal ke hal lain. Never ending proses.

Yang saya dapatkan dari sana adalah ‘saya bahagia kalau saya sudah bla bla bla’ hanya akan membuat semua berulang dan berulang. Dari waktu ke waktu. Tak ada habisnya. Jadi… Apa sebenarnya esensi bahagia itu?

Berdasarkan hasil searching di internet (dengan bantuan koko yang baik hati – makasih Ko Jo), ada beberapa definisi bahagia:

bahagia ba.ha.gia: [n] keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan): — dunia akhirat; hidup penuh –; (2) a beruntung; berbahagia: saya betul-betul merasa — krn dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga

Happiness is a mental state of well-being characterized by positive or pleasant emotions ranging from contentment to intense joy.

Bahagia itu rasa (mental state). Perasaan yang ada di dalam diri kita akan keadaan. Perasaan. Dan yang namanya perasaan, kembali lagi ke diri kita.

Nah, dalam contoh yang diberikan oleh Ajahn Brahm, bahagia digambarkan (yang dijelaskan oleh orang-orang sekitarnya sejak kecil) sebagai kondisi saat mencapai sesuatu.

KENAPA TIDAK BAHAGIA?

Jadi, kenapa kita tak bahagia saat kita menggapai yang diinginkan? Sebenarnya sih ada rasa bahagia itu. Tapi.. Sifatnya sementara.

Saat menggapainya, kita akan senang (bahagia kan?). Tapi tak lama berselang, kita menyadari bahwa ada yang lain lagi yang harus dilakukan. Saat itulah kebahagiaan menghilang. Seperti mengejar sesuatu terus menerus.

Ada satu pemahaman menarik dari internet tentang hal yang sama, yaitu: Philosophers and religious thinkers often define happiness in terms of living a good life, or flourishing, rather than simply as an emotion. Happiness in this sense was used to translate the Greek Eudaimonia, and is still used in virtue ethics.

Terms of living good life, or flourishing. Nice. Bagi saya menarik. Karena bahagia diartikan sebagai hidup yang baik… Menikmati hidup.

Bahagia itu seharusnya tanpa syarat. Bahwa saya akan bahagia kalau saya….. Itu bukanlah bahagia. Ini pendapat saya. Tapi lebih ke.. Menikmati apa yang sudah ada dalam hidup kita. Yang sudah ada.

Beberapa teman hari ini mengirimkan bbm tentang mensyukuri hidup. Itulah bahagia. Dan I agree with this. Menikmati hidup. Dalam kondisi apapun kita saat ini, jika kita sudah dapat lakukan, bahagia akan ada dalam genggaman kita.

BAGAIMANA?

Saya bukan ahli kebahagiaan. Bahkan terkadang saya masih merasa kurang ‘bahagia’. Tapi melihat kembali kehidupan saya, sejak kecil hingga sekarang, membuat saya merasa beruntung dan bahagia.

Melihat keluarga saya. Apa yang sudah dimiliki, tak seberapa, tapi masih bisa berkumpul dan bertukar pikiran. Bertengkar kadang-kadang tapi juga sering akurnya.

Melihat teman-teman di sekitar saya. Apa yang mereka dapatkan. Apa yang mereka raih.

Melihat pekerjaan saya. Apa yang sudah saya lakukan. Bahwa saya masih memiliki pekerjaan.

Berbahagialah atas apa yang sudah kita raih dan tetap berusaha menjadi lebih baik lagi dengan terus bersyukur atas hidup.

Kembali lagi, tulisan ini hanyalah sebuah corat-coret dari saya yang gemar menulis dan berbagi. Karena itu bagian dari kebahagiaan saya.

Sebagai penutup, saya ingin mengetengahkan sebuah quote yang bagus terkait bahagia.

There is only one person who could
ever make you happy, and that person
is you – David Burns, Intimate Connections

Jadi….
Bahagia atau tidak…. Ada di tanganmu. Memilih mana? Bahagia atau tidak?

Ryan
170212 1250
Best Regards,
Febriyan Lukito

Exit mobile version