fbpx
Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

Review Film Everest: Penakluk Gunung Tertinggi Penuh Derita

3 min read

review film everest 2015 bahasa indonesia

Disclaimer: Seperti dalam posting tentang Review Film lainnya, Review Film Everest kali ini pun adalah masalah preferensi saya terhadap film yang saya tonton ya. Mungkin sama, mungkin berbeda.

Weekend lalu sempat diskusi dengan seorang teman dan saya sendiri merasakan, sampai saat ini saya belum menemukan standard dalam membuat review film agar lebih objektif.

Saya menonton film ini sebenarnya dadakan, karena diajak sama teman kos yang juga teman galau dan teman pantai. Sabtu kemarin, setelah ketemu dengan salah satu admin BEC yang suka jalan-jalan itu, saya dan teman saya ini ke Hollywood XXI (saya lupa kapan terakhir nonton di bioskop satu ini). Dengan kekuatan Go-Jek, saya pun muter-muter dulu ke daerah Mega Kuningan dan akhirnya ke ramainya bioskop satu ini.

Plot Film Everest 2015

review film everest 2015 bahasa indonesiaPada tahun 1996, dua kelompok ekspedisi, yaitu Adventure Consultants yang dipandu oleh Rob Hall dan Mountain Madness yang dipandu oleh Scott Fischer mengadakan pendakian gunung untuk menaklukkan gunung tertinggi di dunia ini.

Kedua kelompok ekspedisi ini saling menolong dalam menghantarkan kelompok yang mereka pimpin untuk sampai di puncak gunung tertinggi ini.

Dengan kondisi alam yang tidak bersahabat, kedua kelompok ini berhasil membawa tim mereka ke puncak (walau tidak semua) ditambah lagi dengan persediaan oksigen yang tidak sesuai perencanaan, perjalanan ini berakhir dengan kehilangan setidaknya 8 kematian (sumber: Wikipedia – Into The Thin Air).

Cast Film Everest 2015

Film ini sendiri disutradarai oleh Baltasar Kormakur, sineas kelahiran Islandia yang sudah terkenal sebagai aktor, sutradara, produser dan juga penulis beberapa film lainnya, antara lain adalah film 2 Guns (2013) dan Contraband (2012).

Dengan bintang utama Jason Clarke (yang merupakan bintang dalam film Terminator Genisys sebagai John Connor) yang berperan sebagai Rob Hall, Jake Gyllenhaal sebagai Scott Fischer, Josh Brollin sebagai Beck Weathers, Keira Knightley sebagai Jan Arnold – istri Rob Hall, Emily Watson sebagai Helen Wilton, dan masih banyak lagi.

Review Film Everest 2015 – Spoiler Alert!

review film everest 2015 bahasa indonesia
Berasa banget dinginnya

Apa yang diharapkan saat menonton film Everest ini? Setidaknya itu yang harus dipikirkan sebelum memutuskan menonton film ini di bioskop kesayangan kalian sih. Kalau ingin happy ending?

Duh, film yang diangkat dari tragedi nyata tahun 1996 lalu ini gak akan memberikannya kepada kalian. Kalau ingin petualangan, mencari tahu seperti apa sih rasanya mendaki gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest, bolehlah ditonton film ini.

Saya sendiri menonton film ini tanpa ekspektasi apa-apa sih. Bagi saya film ini akan seperti film-film ala-ala dokumentasi lainnya mungkin. Tapi ternyata satu hal yang saya dapatkan: Menjadi Pendaki Gunung itu, penuh penderitaan. 😀 Perjuangan banget loh yang harus dijalani oleh mereka yang masuk dalam ekspedisi ini.

Film ini dibuka dengan sebuah tulisan tentang pendakian Gunung Everest ini. Pendaki pertama gunung Everest di tahun 1953, Sir Edmund Hillary dari New Zealand bersama warga Nepal Tenzing Norgay, telah berhasil membuat banyak orang berlomba-lomba ingin menaklukkan gunung ini. Selama 40 tahun terakhir sejak itu, ekspedisi demi ekspedisi pendakian terbentuk dan dilakukan, termasuk yang sering sukses membawanya adalah Rob Hall.

review film everest 2015 bahasa indonesia
Sebenarnya banyak yang wah dalam film ini. Pemandangannya bagus

Dengan membawa rombongan (yang di tahun 1996 itu luar biasa banyaknya), Rob Hall membawa kita bahwa mendaki gunung Everest itu adalah perjalanan pendakian penuh derita. Kita bisa menemui berbagai penderitaan, seperti kehabisan udara, halusinasi, bahkan bertemu dengan badai super kejam. Ya memang hidup juga penuh derita ya. 😛

Kisah tentang tragedi tahun 1996 ini bukanlah yang pertama kali dibuat, berdasarkan buku “Into Thin Air: A Personal Account of The Mt. Everest Disaster” yang ditulis oleh Jon Krakauer – salah satu peserta ekspedisi yang dipandu oleh Rob Hall, pernah dibuatkan TV Movie pada tahun 1997. Dan dari sudut pandang si penulis buku ini, terkesan bahwa adalah kesalahan Rob Hall sehingga tragedi itu terjadi.

Drama Pendaki Gunung Everest – Sanggupkah Meninggalkan yang Tercinta Begitu Saja?

Tapi dalam film ini, kita diajak mendalami kisah tragedi itu dengan lebih luas lagi, tidak dari satu sudut pandang saja. Kita juga diajak mendalami perasaan yang dialami oleh Jan Arnold dan Rob Hall di akhir film. Saya pribadi sangat merasakan apa yang mereka alami – dan berhasil membuat saya agak menangis pas adegan telepon-teleponan ini.

Drama yang dilemparkan oleh Knightley dan Clarke ini berasa banget, apalagi kan ceritanya Jan sedang hamil saat itu. Setelah menelepon, Jan digambarkan tiduran di sofa sambil memeluk pakaian Rob – berhasil membuat saya diam hingga akhir film.

Apa Lagi yang Menarik dari Film Everest ini?

review film everest 2015 bahasa indonesia
Ini nih…. drama-nya

Yang sangat menarik dari film ini adalah bahwa film ini berhasil menampilkan Gunung Everest dengan begitu nyata. Walau sebenarnya syuting film dilakukan hanya di kaki gunung Everest – the Italian Alps dan dalam studio di Roma.

Saya sih sempat berpikir kalau menontonnya di layar Ultra XD-nya Cinemaxx ataupun mungkin 4DX-nya Blitz mungkin akan keren abis. Tapi rasanya 3D pun juga dah luar biasa kali ya.

Dari sisi cerita, saya sendiri gak bisa komentar banyak, kecuali:

“Manusia boleh berkehendak, tapi Yang Kuasa, pada akhirnya yang akan menentukan.”

Seperti dengan kehendak dari para pendaki, Yasuko Namba menaklukkan Gunung Everest ini. Wanita asal Jepang ini telah berhasil menaklukkan 6 dari 7 puncak gunung – kurang satu.  Ataupun Doug Hansen, seorang petugas pos yang ingin menunjukkan kepada anak-anak TK asuhannya bahwa jika berusaha, apapun akan bisa dilakukan.

Keduanya memang berhasil menggapai puncak tertinggi tersebut, namun tidak berhasil selamat dari badai yang menghantam mereka.

Nilai Akhir Review Film Everest

Saya pribadi memberi nilai film Everest ini 4 dari 5 bintang karena visualisasi-nya dan juga drama di akhir filmnya itu *masih inget adegan itu sampai sekarang*. Kalau di IMDB, saat ini score-nya masih 7.4 dari 10. Sedangkan di Rotten Tomatoes adalah 73% (alias 6.7 dari 10 secara rata-rata penilaian).

O iya, mohon diperhatikan ya, Parental Guidance untuk film Everest ini adalah PG-13, memang gak ada adegan vulgar gitu, tapi mbok ya diperhatikan saat bawa anak-anak. Suasana yang ditampilkan dan adegan tragedi loh ini. Apalagi di akhir film, Beck itu digambarkan kehilangan hidung.

Saya sendiri sempat bikin post di FB mengenai kondisi PG ini dan memang sepertinya agak kurang diperhatikan oleh orang tua. Pas kemarin nonton sih memang tidak bertemu yang nyeleneh seperti dalam film-film lainnya.

Cuma ya, saya pribadi sih ingin titip pesan aja, ajak nonton anak yang sesuai ya… kasihan anaknya. Udah ah, Review Film Everest 2015 ini ntar jadi melenceng. 😀

Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

39 Replies to “Review Film Everest: Penakluk Gunung Tertinggi Penuh Derita”

  1. Saya baru nonton filmnya karena di download suami. Ampe sekarang masih kepikiran mengenai mayat2 yang masih terdampar di area Everest. Tapi tadi googling, sudah mulai dilakukan pembersihan. Dan Rob Hall diijinkan keluarga untuk tetap berada disana. Overall ceritanya bagus banget, dan membuat Gunung Everest jadi Bucket Wishlist saya pada masa tua nanti. Semoga ya… hihihi

  2. Ping-balik: SPECTRE BLURAY .mkv Version | Indonesian Forum Jual Beli
  3. sudah nonton film ini, paling suka bgt pas di scene hillary steps bikin bengong sesaat, di ambil dari kisah nyata di tahun 1996 film ini emang layak di acungkan jempol.

    1. Entah ada apa dengan kolom komentar, kagak muncul, jadi guwe reply aja disini 🙂

      Aku suka banget film ini dan bener kalau di 3D pasti bikin makin deg-degan. Anyway, aku sebel banget sama orang yang gak merhatiin urusan PG, film yang ada adegan vulgarnya aja bawa anak kecil, apalagi yang gak ada?

      Soal damage secara psikologi kaayaknya hanya segelintir orang yang kepikiran.

      1. Gak bs komen ya Mbak. ?
        Jadi penasaran sih kl ntn 3D nya kayak gimana tapi mahal juga. Hehehe

        Itu dia mbak. Kmrn saya post di FB n path tanya teman2 soal ini.

  4. Jadi petualang memang tidak pernah mudah ya Mas, selalu ada tantangan, tapi selama kita berusaha maka semua tantangan itu pasti bisa kita hadapi :hehe. Jadi kepengin pelan-pelan mulai menjelajah dan keluar dari zona nyaman euy, kadang di saat-saat sedang tidak ada agenda jalan seperti sekarang, rasanya kangen dengan rasa-rasa deg-degan saat menjejak di tempat yang baru :hehe. Sip!

  5. selain di iklan dan di film, mungkin bisa ditambah sama pengelola bioskop kali ya supaya bisa mengingatkan orang tuas soal batasa usia menonton film tertentu…. eh tapi kalau diingatin nanti penontonnya malah kabur 😀 nggak mau beli tiket atau mulangin tiket yang udah dibeli 😀

  6. Buat saya film ini seperti mengobati sedikit kerinduan saya pada suasana Nepal, meskipun keriuhan Kathmandu dan Thamel cuma dilukiskan pada beberapa menit pertama saja. Sampai sejauh ini saya belum membaca bukunya, penasaran sih, cuma keliling ke beberapa toko buku kok gak dapat-dapat. Entah stock nya habis atau memang sudah tidak ada lagi. O iya mas, mau sedikit koreksi di bagian plot nya … itu Mountain Madness kalau tidak salah dipimpin oleh Scott Fischer. Doug Hansen sendiri adalah peserta tour di bawah pimpinan Rob Hall.

    nice review mas 🙂

      1. Sama-sama mas, senang bisa membantu.

        Buat saya sih mengasikkan, karena saya tertarik dengan sejarah, dan keunikan budaya mereka, juga bentang alamnya. Waktu saya kesana sih musim dingin, jadi dingin banget. Tapi dengar-dengar musim panasnya, lumayan juga mas 🙂

      2. Setahu saya empat musim mas. Tapi ada kemungkinan juga lima musim, seperti Sikkim -tetangganya yang kini masuk wilayah India-. Musim panas, gugur, dingin, semi dan monsoon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *