fbpx
Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

Kisah Sebuah Tas

2 min read

gaya casual gue

Pernah dengar Kisah Sebuah Tas gak? Saya lupa-lupa ingat sih kisahnya tapi yang saya ingat bukan kisah perjalanan tas ini dipakai hingga akhirnya rusak. Mudah-mudahan benar yang saya coba tuliskan ulang di sini.

Jadi alkisah, ada sebuah tas dipakai oleh seorang anak laki-laki pemalu dan rajin belajar. Setiap hari dia membawa tas ini ke mana-mana dan yang melihatnya bisa merasakan beratnya tas itu. Terlihat sekali kalau isi tas itu padat banget.

Isi tas itu buku, gak sembarang buku tapi hampir semua buku pelajaran dia bawa. Beda dengan teman-temannya yang bahkan hanya membawa satu buku tulis dan bolpen saja – tanpa tas. Mungkin kalau tas itu bisa teriak, dia akan teriak minta tolong.

Setiap hari anak itu menggunakan tasnya itu dan bahkan dari hari ke hari terlihat semakin berat saja rasanya. Coba deh lihat foto berikut. Berat banget kan kelihatannya ya.

Kisah Sebuah Tas 1
Berat gak menurut kalian

Pas dicek ternyata isi tas itu bertambah tiap hari dengan segala macam. Obat-obatan, kertas notes, buku bacaan, buku lainnya. Semua ada. Mau pinjam bolpen, ada kok. Mau minta obat tetes mata, ada juga. Pokoknya ternyata tiap hari anak itu menambahi isi tasnya dengan hal yang dia mau.

Berat banget sih berasanya kan? Hingga suatu hari anak itu duduk di sebuah taman. Kecapekan dengan tasnya itu. Di sebelahnya ada seorang Bapak lagi membaca koran. Bapak itu melihat anak itu terengah-engah. Hingga terlibatlah pembicaraan di antara keduanya. Anak itu pun menjelaskan kenapa dia terengah-engah dan ditunjukkannya isi tasnya itu.

Sang Bapak bertanya kepada anak itu, “Kenapa kau membawa sebegitu banyak barang. Semua ini kamu gunakan tiap harinya?”

Anak itu mengangguk. Tapi rupanya Bapak itu tak percaya.

“Kamu yakin? Buku-buku ini semuanya kamu pakai setiap harinya? Dan juga obat ini. Atau bagaimana dengan buku komik ini? Bolpennya kamu pakai semua?”

Anak itu terdiam sejenak sebelum dia menjawab kalau semuanya tidak dipakai sih. Hanya dia siap-siap saja. Takut ada yang sakit, dia bisa kasih obat itu. Kalau ada yang lupa bawa bolpen dia bisa kasih pinjam. Kalau ada pelajaran tambahan dadakan, dia sudah siap dengan bukunya. Intinya semua itu dia bawa untuk jaga-jaga. Sang Bapak tersenyum mendengarnya.

“Anak muda, berjaga-jaga untuk sesuatu yang kan terjadi adalah baik. Tapi jangan jadikan tubuhmu memikul semua beban itu di pundakmu. Cobalah keluarkan sedikit demi sedikit. Bawalah yang kamu perlu. Kamu tidak perlu membawa pisau hanya karena jaga-jaga perlu mengupas buah nanti.”

Anak itu terdiam mendengar ucapan sang Bapak. Memang beban yang dipikul setiap harinya banyak. Berat pula. Karena itu juga dia saat ini duduk di samping sang Bapak, karena kelelahan dengan yang dibawanya itu.

“Mungkin yang kau pikirkan benar anak muda, berjaga-jaga untuk setiap keadaan memang perlu. Tapi jangan jadikan semua itu jadi beban dalam hidupmu. Life is short, be free and enjoy every moment of your life. Jika ada masalah, hadapi, jangan dihindari, cari solusi terbaik dengan keterbatasan yang ada.”

Anak itu pun tersenyum pada sang Bapak dan mengucapkan terima kasih atas masukan sang Bapak. Dia pun berjalan menuju rumahnya dan sejak saat itu dia mengurangi beban tasnya itu, dan hari-harinya lebih ringan dan menyenangkan.

***

Kisah di atas bisa jadi benar, bisa juga hanya rekaan belaka. Tapi berapa banyak dari kita yang sebenarnya selama ini membawa beban seperti anak itu. Membawa tas yang begitu beratnya setiap hari dengan segala macam isi yang mungkin juga tidak kita perlukan saat itu.

Seperti itu juga kita cenderung membawa beban hidup kita, emosi yang tidak perlu dalam tas kehidupan kita sehari-hari. Menyimpan segala sesuatu yang tidak perlu dalam hidup kita di dalam tas kehidupan kita itu dan kita sendiri tidak menyadari hal itu. Cobalah teliti tas kehidupan yang kita punya sekarang ini, apakah ada beban berlebih?

Enjoy your life – be prepared for anything but don’t bring too much baggage on your shoulder. 

Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

74 Replies to “Kisah Sebuah Tas”

  1. ini kyknya aku banget om… tp khusus kl pas pergi ke tempat yg agak jauh aja sih… di tas slempang kecil eigerku bisa dipastikan akan ada kamera, notes kecil, buku sketch A5, buku bacaan maksimal muat satu, alat tulis lengkap dan kotaknya (pulpen, penghapus, pensil raut 2B 4B 6B 8B, pensil mekanik 2B), alquran, hp, kantong plastik, sandal jepit, raincoat bawaan si tas, betadine kemasan kecil, hansaplash, cutter, korek (padahal ga ngerokok), sabun cair kemasan kecil, sikat gigi lipat, pasta gigi ukuran mini, uang receh koin, dan botol minum kecil. 😀 😀

  2. Kalok aku pribadi selalu aja merasa terbebani dengan sesuatu, Bang.. Padahal kalok dipikir-pikir sih itu sepele. Hahah.. Parnoan ih. 😛

    Makasih sharingnya yah, Bang Ryan :3

  3. Kok postinganmu banyak yang kelewat ya mas. Btw, aku suka banget ceritanya, pengen reblog tapi gak iso carane huahahahahhaa.
    Thanks for sharing ya

    1. Kelewat yo? Di bagian bawah sebelah like gak ada reblog ya? Apa kalau di self hosted memang gak bisa di reblog ya. Kmrn reblog dr yang lain juga gak bs. Makanya ketik ulang. Makasih dah baca ya Dila.

      1. Iya mas, aku mau ngelike postingannya jg ga bs hihihii. Mungkin krn aku jg bukanya bukan dr browser (PC). Sama2 mas, daleeem ceritanya hehe lagi2 self reminder 🙂

  4. Ikut merenung sejenak setelah baca postingan ini. Tapi kalau saya tipikal yang kadang lengkap kadang lupa bawa dan malah minjam.Haha. Mungkin yang harus kita siapkan setiap waktu bukan peralatan yang berat untuk dibawa-bawa tapi lebih ke mental kali ya Mas 😀

  5. Curhat sedikit, ya.
    Saya merasa ditampar lho pas baca tulisan ini. Mungkin masa-masa saya membawa semua buku pelajaran dan harus berkali-kali ganti tas karena putus semua itu sudah berlalu tanpa saya sempat bertemu dengan si bapak yang mengingatkan soal itu, tapi masa ketika kepala ini terlalu mengingat semua hal buruk yang terjadi sama saya itu kadang masih ada :haha. Guess I should let some things go off my head. Thank you for sharing this.

    1. Sang Bapak jangan hanya ditunggu Gara. Kadang kita harus mencari si Bapak.
      Melepas masalah utk sementara. Urai satu demi satu. Itu sih saran saya.

  6. Itu suamiku banget, saking berjaga2nya sampe sering bawa tas keberatan. Aku sering nyebut dia kaya kura2, kemana2 selalu bawa seluruh “rumahnya”?

      1. Amin. Semoga kita bisa Mbak.
        Kebanyakan yang dipikir nanti malah jd gila ya. Hahahaha *tanda bukan ya kl ktw gini*

        Eh Mbak. Maafkeun. Trnyata diriku selama ini blm follow dirimu. Hiks.

      2. Absolutelly yes.
        Btw, maapkeun saya juga udah lama gak bikin BEC challengenya. Hmm, draftnya udah ada, tp bener2 gak ada nyali posting..?

      3. Lah kok. Kenapa gt? Sayang atuh Mbak dah didraft. Di post aja semuanya skrg. Hehehe.

        Gpp kok Mbak. BEC gak sekejam itu *gulung lengan kemeja sambil melotot*

  7. tas dalam kehidupan ini seperti pikiran atau juga perasaan.
    memikul hidup dalam pikiran dan perasaan (hati)

    yang penting dibawa enjoy ya mas,,
    duh kok aku pengen ngungkapin sesuatu tapi enggak bisa,
    *jadi beban

  8. Bener kata bapaknya itu, kalau di mata kuliah Bimbingan dan Konseling, masalah harus dihadapi, jangan dihindari, karena menghindari masalah sama saja dengan merusak diri, self defeating atau self victimizing.

  9. that’s me.
    makanya suka dibilang Miss ribet.
    Apa-apa dibawa 😀

    kalau sekarang yang bikin tas berat itu payung, minum, buku.
    Sebenernya kalau buku suka ngga dibaca juga sih.
    Bacanya pas ngisi waktu di bis aja dan keseringan malah ngerjain yang lain selama di jalan.
    Eeehh.. tapi giliran lagi ngga bawa buku, pas macet, ngga bisa tidur, hp lowbat, mati kutu. 😐
    Ngga enak kalo bengong-bengong aja, takut kesurupan, atau malah berimajinasi yang aneh-aneh. 😀

  10. Sukaaa, pas banget analoginya ke kehidupan. Intinya eye your future but don’t forget to live your present ya, Mas Ryan.
    Inspirasi pagi ini 🙂 Enjoy your day

  11. Analogi yang keren. Dulu aku suka bawa beban berat dalam tas sampai dikomentarin teman sekelas. Sekarang sih nggak, tapi tas kehidupanku masih terlampau berat kayaknya :).
    Thanks for sharing, Mas Ryan 🙂

  12. mantep mas. Pasrah dan Hadapi saja. Hidup itu dinikmati dan diisi yang bermanfaat. Ringan deh hidup ini. hehehehe..!!! Gitu ya mas? 🙂

    1. Jangan pasrah doang juga sih. Hahahaha. Pasrah n diem aja gak ngapa2in tp ngarepin yang bagus dtg dlm hidup sama aja cm mimpi kan. Hehehe.

  13. Isi tas gw kebanyakan brg yg ga perlu dibawa, tp gw ga bs klo ga bawa, takutnya tiba2 butuh :p
    Uhm, kynya kudu disortir nih abis baca postingan ini hohohoho

  14. Tas ini bisa kita analogikan dengan pikiran dan hati kita juga ya 🙂 Berpikir ke depan memang bagus, tapi tidak perlu menjadikannya beban jg ya.. live at the presence 🙂 Keren, Mas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *