fbpx
Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

200212 – Artikel – Memasak Kehidupan

3 min read

200212 - Artikel - Memasak Kehidupan 1

Uih…. Kehidupan dimasak…. Apa coba maksudnya? Ada apa dengan memasak dan bagaimana maksudnya memasak kehidupan? Nanti saya akan ke sana. Tapi sekarang ini, saya akan prolog dulu ya sebentar.

Ada yang suka melihat acara Masterchef di TV? Bagaimana pendapat Anda? Menarik kan ya? Apalagi jika melihat Masterchef Junior Australia… Uihhhh saya pasti terkagum-kagum.

Anak usia muda yang biasanya menghabiskan waktu bermain, ini mampu menghasilkan masakan kelas dunia… Kadang jadi minder saya.

Mereka berlari sana sini. Oseng ini oseng itu. Oven ini oven itu dan wualah…. (Kalau Farah Quin akan: ‘this is it’) jadilah berbagai masakan yang indah dipandang dan mengundang selera ala resto bintang banyak.

MEMASAK

Saya sebenarnya sudah pernah menuliskan tentang ini, namun saya sendiri lupa kapan dan apakah sudah pernah saya post sebelumnya dan dengan judul apa. (Dulu tulisan saya di Blackberry™ hanya judul – tak ada tanda Artikel. Karenanya belakangan saya selalu menambahkan ‘Artikel’ sehingga memudahkan saya mencarinya).

Ok… Back to the topic. Memasak… Ada yang bilang memasak itu mudah ada yang bilang susah. Coba saja tanya salah seorang kawan saya, yang juga member Kompasiana, Hadisamsul. Memasak baginya ternyata susah. Kalau bagi saya sih… Memasak itu susah juga.

Ya susahlah kalau dari awal kita tidak tahu mau memasak apa. Tul? Mau kita diberi beribu-ribu bahan makanan, tapi kalau kita masih belum tahu apa yang mau dimasak, uihhh…. Bisa selesai kapan coba?

Kalau sudah tahu apa yang ingin kita masak, barulah kita mampu membuat list bahan-bahan apa saja yang diperlukan, alat apa yang akan kita pakai, berapa lama waktu yang diperlukan untuk memasak, bagaimana kita akan menghidangkannya.

Okay coba kita bahas sedikit ya. Bahan-bahan yang diperlukan. Kenapa kita perlu list? Agar kita tak berlebihan dalam penggunaannya. Yang tak digunakan, tak perlulah diambil. Misalnya kita mau membuat kue bolu coklat, tak perlulah kita ambil wortel kan? Sayang kan kalau kita ambil.

Demikian juga alat-alatnya. Kita tak perlu kuali untuk membuat kue misalnya, ya jangan diambil. Dan jangan sampai juga kita malah tidak mengambil mixer untuk membuat adonan kuenya. Hal yang terpenting malah kita lupakan. Inilah pentingnya mengetahui apa yang mau kita buat terlebih dahulu.

Dan kalau sudah lengkap bahan dan alatnya, kita mulai membuatnya. Dalam membuat kue, ada beberapa tahapan. Dan tidak semua harus dikerjakan di awal. Ada yang justru harus dikerjakan di paling akhir. Di sinilah pentingnya manajemen waktu dalam pelaksanaannya. Mana yang harus didahulukan. Dan banyak loh peserta MC yang salah dalam perhitungan waktu sehingga masakannya jadi tidak enak.

Dan terakhir, kalau sudah lengkap semua, kita siapkan penyajiannya. Bagaimanakah kita ingin menyajikan masakan kita itu sehingga menarik dan membuat yang melihatnya menelan air ludah karena tak sabar ingin menyantapnya.

KEHIDUPAN

Nah… Hal ini sama dengan kehidupan. Kehidupan kita perlu dimasak sedemikian rupa agar kita memaksimalkan kehidupan kita. Dengan cara yang sama, kita bisa runut satu per satu cara ‘memasak’ kehidupan ini.

Yang paling pertama dan utama adalah apa yang ingin ‘dimasak’ alias kehidupan seperti apa yang ingin kita capai (kalau dalam 7 Habits, dikenal dengan Habit ke-2, yaitu Begin with the end of mind – Visi).

Apa sih yang ingin dicapai dalam hidup ini? Untuk menjawabnya: ‘ketika kita meninggalkan kehidupan ini, seperti apa kita ingin dikenang?’

Sudah dapat? Kalau sudah, baru kita mulai yang berikutnya. O iya, kita pikirkan dari segala aspek sebenarnya. Dalam pekerjaan kita, dalam pertemanan, dalam hubungan dengan keluarga, dalam hubungan religi. Segala sisi kita coba definisikan.

Sebenarnya kita semua diberikan sumber daya yang melimpah, masing-masing dari kita. Tapi, kalaupun kita diberikan semua sumber daya yang ada. Berlimpah ruah, apakah kita akan mendapatkan kehidupan yang ‘baik’ kalau kita sendiri tak tahu arah kehidupan kita.

Karena itulah, setelah mendefiniskan tujuan akhir kita, kita breakdown menjadi tahapan-tahapan yang perlu kita lalui untuk menggapainya. Dari breakdown itu, barulah kita define satu per satu sumber daya apa saja yang kita perlukan.

Skill apa yang diperlukan, apakah perlu pendidikan setinggi mungkin, seberapa banyak tenaga yang perlu disiapkan, dll. Semua kita coba pikirkan.

Jangan menyiapkan yang tidak perlu. Misalnya ingin dikenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua – dalam jangka pendeknya membawa orang tua umroh, dan kita menyiapkan pesawat terbang khusus. Yang perlu kita siapkan adalah rencana naik hajinya dan kita menabung sejak sekarang untuk itu (tapi kalau mampu beli pesawat sih tidak apa-apa juga).

Pikirkan juga alatnya. Apakah dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan penerbangan sehingga mendapatkan rate khusus, misalnya.

Setelah itu… Tentunya yang tak kalah pentingnya bahkan kalau bisa ditentukan jauh sebelum mengalokasikan sumber daya dan alatnya, manajemen waktu. Dari sekian banyak aspek yang ingin dicapai, mana yang ingin diraih lebih dahulu?

Dan akhirnya presentasi. Penyajian semuanya ke dalam kehidupan sehari-hari. Alias melaksanakan apa yang sudah diniatkan itu.

KOMITMEN

Yang berat adalah saat penyajiannya itu. Karena dibutuhkan kerja keras dan komitment yang tinggi atas niatan kita. Bagaimana kita akan meraihnya, semua ada di tangan kita. Maju terus hingga akhir ataukah kita berhenti di tengah jalan.

Menumbuhkan komitmen ini tidaklah mudah. Namun, jika tujuan kehidupanmu itu sangat crucial bagimu, komitmen untuk ‘memasaknya’ dan ‘menyajikannya’ dengan baik akan hadir. Hanya perlu di-reinforce dari hari ke hari oleh diri kita, orang-orang di sekitar kita.

Sebagai penutup, saya ingin mengajak kawan semua untuk ‘memasak’ kehidupan kita sebaik mungkin, sepenuh hati. Seperti juri MC suka berkata: ‘pour your heart into the food, and it will be the best food ever’.

Let’s pour our heart in cooking our life and make our life be the best it can be and spread the fragrance to others’.

Have a great day …. Have a great life. Let’s COOK!!!

Ryan
200212 1735
Best Regards,
Febriyan Lukito

Febriyan Writing about life and anything that happen in life is one of my to do things. That's the reason blog Blog Review, Tips & Inspirasi by Febriyan Lukito born. Now I also admins for: Tempat Nongkrong Seru Pikiran Random Tulisan Blogger Indonesia

26 Replies to “200212 – Artikel – Memasak Kehidupan”

      1. Bukan, tp petuah bijakmu itu lho….

        Tapi sekalian mau crcol itu acara di Hell Kitchen di setting sedemikian rupa ‘njelei’nya ya…kalo liat lama2 muak plus kayak liat orang sakit jiwa yg bisanya cuma marah2…gitu gak sik, klo pada liat acara HK…ato mata saya yang lebekan salah liat dan salah menafsirkan…hihihhii

      2. Aduh mba. Aku jd malu. Masa sih bijak?
        Kalau HK memang sengaja dibuat seperti itu mba. Karena mereka kan koki prof jadi mengangkatnya seperti itu.

    1. Hahahaha. Kayaknya kalau ada yang gak bisa malah aneh ya ko.
      Tapi kan istri jago masak ko. Kalau lihat foto hasilnya lezat kayaknya.

  1. Pretty nice post. I simply stumbled սpon yߋur weblog and wished tօ
    mention that I’vе really loved surfing аround your weblog posts.
    Aftеr all I will be subsribing in your feed and I’m hoping ʏoս աrite օnce mօrе sоon!

  2. wew, mana bumbu mana … hehhee 🙂
    tapi emang kehidupan harus di matengin terus ya biar rasanya nikmat 🙂
    atau mungkin kita bisa memasak kehidupan di alam lain ???

  3. Filosofi masak diterapin dlm ‘masak. kehidupan’ hihi bener mas. saya ndak kepikiran nyampe situ. .saya dr kecil sering ditinggal ibu saya kerja, pulang sekolah masak sayur sendiri loh. Dan yg paling saya inget, bu lik saya bilang masakan saya lebih enak dr masakan ibu. entahlah mungkin basa-basi kala itu 😀

    1. wah…
      saya sih nganggap itu bukan basa basi busuk tuh. pasti memang karna beneran enak.
      kenapa gak coba jadi chef?

      1. Wah… go with d flow?
        Dulu saya jg pernah nyebut gitu and ditanya: “kamu mau dari tempat tinggi ke yang lebih rendah?”
        Langsung mikir deh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *